Mahavir Singh Phogat dulunya adalah pegulat amatir yang dikenal tangguh dengan gaya pehlwani, gulat tradisional India. Ia pernah menjadi juara nasional, tetapi terpaksa meninggalkan mimpinya setelah ayahnya memaksanya mencari pekerjaan tetap. Kegagalannya meraih medali untuk India membuat Mahavir bertekad bahwa suatu hari nanti, anak laki-lakinya akan melanjutkan impian yang tak sempat ia wujudkan.

Namun hidup berkata lain. Ia justru dikaruniai empat anak perempuan, dan harapannya sempat pupus. Sampai akhirnya, dua putrinya, Geeta dan Babita, pulang dengan kabar tak terduga: mereka baru saja mengalahkan dua anak laki-laki yang menghina mereka. Dari momen itu, Mahavir melihat api juang yang dulu pernah ia miliki, kini menyala di mata putri- putrinya. Ia pun mulai melatih mereka menjadi pegulat.

Latihan Mahavir bukan main-main. Ia memaksa Geeta dan Babita bangun subuh untuk latihan berat, bahkan memotong pendek rambut mereka. Warga desa mencibir, tapi Mahavir tak peduli. Ia melatih putrinya di arena tanah sederhana, percaya bahwa kerja keras akan mengalahkan segalanya.

Meski awalnya membenci aturan sang ayah, Geeta dan Babita akhirnya mengerti satu hal: semua itu demi masa depan mereka. Dengan tekad yang tumbuh, keduanya mulai menaklukkan lawan-lawan laki-laki di berbagai turnamen. Karena tak mampu membeli matras profesional seharga jutaan rupiah, Mahavir hanya menggunakan kasur biasa dan mengajari mereka teknik gulat bebas agar siap menghadapi pertandingan besar.

Apakah Geeta akan mampu mewujudkan impian besar ayahnya dan membuktikan bahwa juara sejati tidak ditentukan oleh gender, tapi oleh tekad dan keberanian?