[REVIEW] CHAPPIE
Akankah Robot Pintar Ini Bakal Gantikan Manusia?
KapanLagi.com - Oleh: Tita Chamberlin
CHAPPIE, adalah film ketiga
sci-fi ketiga sutradara
Neill Blomkamp. Sebelumnya, sutradara jenius ini sudah membuat karya-karya yang tak kalah mengesankan yaitu
DISTRICT 9 (2009) dan
ELYSIUM (2013). Bahkan,
DISTRICT 9 mampu menembus Oscars 2010 dalam nominasi
Best Motion Picture of the Year.Tahun ini, Neill mencoba peruntungannya kembali di dunia yang tidak jauh dari alien dan robot. Kali ini, ia menyentuh imajinasi terliar kita soal bagaimana seandainya keberadaan manusia digantikan oleh kecanggihan teknologi. Bukan lagi soal mesin-mesin di pabrik, tapi para robot yang siap menggantikan fungsi personel kepolisian.Berlatar di Joburg alias Johannesburg, Afrika Selatan, Deon Wilson (Dev Patel), seorang tech-junkie dari perusahaan Tetravaal, berhasil menciptakan para polisi robot yang siap memberantas kejahatan di ibu kota ini. Maklum, saking tingginya tingkat kejahatan di Joburg, polisi kewalahan menanganinya. Para bandit yang dilengkapi oleh senjata api makin menyulitkan langkah mereka. Dengan hadirnya robot ini, para bandit dapat dengan mudah dilumpuhkan karena mereka tak perlu takut cedera atau bahkan mati karena tentu saja badan mereka kebal peluru.Kejahatan pun turun drastis, begitu juga jumlah personel kepolisian. Suatu hari, karena diselimuti rasa iri kepada Deon, Vincent Moore (Hugh Jackman) melakukan sesuatu yang tak terduga. Ingin hasil penemuan robotnya diakui dan digunakan di seluruh kota, ia melakukan sabotase dengan meretas sistem keamanan para polisi robot. Hasilnya? Para robot ini pun terkulai lemas saat sistem yang menjalankan mereka menjadi error. Para penjahat dan bandit bersorak sorai merayakan kemenangan mereka.Di tengah-tengah kericuhan ini, Deon sedang sibuk mempersiapkan proyek barunya yaitu membuat sebuah artificial intelligence. Ia menyulap sebuah robot polisi yang rusak parah menjadi sebuah makhluk mirip manusia (inilah yang disebut artificial intelligence atai AI). Sayang, saat perjalanan pulang Deon diculik oleh sekumpulan penjahat yang memintanya untuk mengubah AI ini menjadi robot jahat untuk memuluskan aksi mereka.
Meski gahar, sebenarnya Chappie adalah AI polos layaknya anak-anak/©Sony Pictures Tak bisa mengelak, Deon pun merelakan AInya dibajak. Yolandi, Ninja dan America memberi nama robot ini Chappie. Namun, saat pertama kali membuka mata, Chappie pun bertingkah layaknya anak kecil yang belum pernah melihat dunia. Dengan sabar, Yolandi, satu-satunya penjahat wanita di sini, mengajarinya tentang berbagai hal.Tak terima, Ninja dan America malah mengajari Chappie hal-hal negatif, dari menembak hingga mencuri. Tampilannya pun diubah menjadi sedikit rusuh dengan coretan-coretan dan bling-bling layaknya rapper! Jadilah dirinya sebagai robot andalan yang membantu para penjahat nyentrik ini beraksi.Meski berakhir tragis, dengan tewasnya Deon dan Yolandi, dua orang paling dicintai Chappie, namun film ini mengajak kita berpikir lebih dalam tentang masa depan manusia. Di akhir film, Chappie sempat mengatakan jika kedua orang panutannya ini tak mati. "They're not dead. They're just move to another body," ujar Chappie yang suaranya diisi oleh Sharlto Copley.Yap, dengan kejeniusannya, Chappie menemukan cara agar dirinya tak mati. Ia harus menemukan badan lain yang punya umur baterai lebih panjang, kemudian ia menemukan cara untuk memindahkan isi otak manusia ke dalam badan robot tersebut. Begitulah cara Chappie menghidupkan kembali Deon dan Yolandi, sang mama. Mereka tak jadi mati (selama otak mereka utuh dan tidak rusak), hanya berpindah dalam badan robot seperti Chappie.Dari segi cerita, persaingan antara Deon dan Victor nampak sangat dangkal dan kekanak-kanakan. Ceritanya juga mengalir flat, meski di sepertiga bagian akhir film, emosi kita akan dikuras dengan kepergian Yolandi, America, Deon dan Ninja yang sangat tragis. Tak banyak special effect megah seperti yang dituangkan Neill Blomkamp dalam ELYSIUM. Kita hanya akan dibikin geli dengan aksi Chappie yang lucu, karena ia bertingkah seperti orang dewasa yang amnesia.Namun, Neill selalu sukses membuat kita merenung. Saat menonton ELYSIUM, kita dibuat berpikir keras apakah tempat tinggal seperti Elysium itu ada, mengingat semakin rusaknya bumi karena global warming. Dengan kehadiran CHAPPIE, kita juga diajak berpikir lebih dalam, apakah ide Neill soal robot polisi ini lebih efektif dibandingkan personel kepolisian konvensional seperti sekarang.Entahlah, yang pasti meski ceritanya kurang menggugah selera para pecinta film sci-fi, Neill punya ide yang luar biasa soal masa depan. Nggak ada yang salah dengan menyempatkan diri nonton film ini di akhir minggumu. Happy watching, enjoy!