5 Masalah Besar yang Kerap Melanda Industri Anime Masa Kini
Diterbitkan:

Anime Modern (credit: Toei Animation/Studio MAPPA/Ufotable)
Kapanlagi.com - Ditulis oleh: Lily Ariani
Anime menjadi salah satu fenomena pop culture yang mendunia. Terlebih beberapa tahun belakangan, popularitas anime bisa dibilang meningkat. Kini, anime menjadi tontonan yang digemari banyak orang dari berbagai kalangan.
Anime sudah ada sejak tahun 1900-an. Sejak dulu, anime selalu menyajikan tontonan menarik dengan beragam genre dan kreativitas cerita. Di masa modern, anime semakin berkembang. Visual dan animasi yang disajikan jauh lebih berkualitas. Bahkan, OST dan voice acting para pengisi suara juga mengalami peningkatan.
Advertisement
Sayangnya, meski popularitas makin meroket, ada beberapa masalah besar yang melanda industri anime modern. Jika terus diabaikan, masa depan industri anime bisa saja berubah suram. Berikut merupakan 5 masalah besar yang kerap melanda industri anime masa kini.
1. Animator Dibayar Rendah
Apakah kamu pernah bertanya-tanya mengapa kualitas sebuah animasi bisa menurun? Atau mengapa jadwal tayang sebuah anime kadang ditunda? Dua hal tersebut biasanya disebabkan karena animator yang mendapat beban kerja berlebihan namun justru dibayar rendah.
Krisis produksi seperti ini sebenarnya telah berlangsung sejak lama di industri anime. Namun, isu ini mendapatkan perhatian lebih sejak kontroversi Studio MAPPA dan JUJUTSU KAISEN Season 2 mencuat. Banyak animator yang mengeluh betapa buruknya budaya dan lingkungan kerja di Studio MAPPA. Bahkan sampai ada yang mengundurkan diri dan berhenti bekerja.
Akibatnya, kualitas animasi JUJUTSU KAISEN Season 2 terlihat menurun di beberapa bagian. Salah satunya yakni adegan pertarungan Sukuna melawan Mahoraga. Adegan tersebut lantas diperbaiki di versi Blu-ray yang rilis beberapa bulan kemudian.
Tidak hanya berefek pada kualitas animasi, krisis produksi sedemikian rupa juga menyebabkan proyek-proyek lain ditunda. Beberapa judul anime seperti ZOM 100: BUCKET LIST OF THE DEAD dan ATTACK ON TITAN final season menjadi contoh nyata.
(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)
2. Proses Adaptasi Manga yang Terburu-buru
Adaptasi manga menjadi anime merupakan hal biasa di industri animasi Jepang. Sayangnya, di masa modern, banyak studio animasi yang terlalu terburu-buru melakukan proses adaptasi. Hal ini dilakukan karena biaya produksi yang terbatas atau tim yang kurang berpengalaman. Selain itu, perencanaan dan penjadwalan yang buruk juga bisa menjadi alasan.
Pihak studio mungkin memahami penggemar, betapa mereka menginginkan sebuah manga diadaptasi menjadi anime dan hadir di layar kaca. Namun, proses adaptasi yang terburu-buru dan tidak matang justru merusak ekspektasi dan pengalaman penggemar. Beberapa contoh anime yang mengalami masalah ini termasuk THE PROMISED NEVERLAND, TOKYO GHOUL, NOBLESSE, dan THE GOD OF HIGH SCHOOL.
3. Fan Service Berlebihan
Fan service merupakan adegan tambahan untuk menarik audiens dan memuaskan penggemar. Fan service bisa berupa adegan humor, lucu, menggemaskan maupun sensual.
Tidak ada yang salah dengan fan service sebab hal ini telah menjadi sebuah budaya di dunia anime. Sayangnya, fan service yang ditampilkan di anime modern lebih banyak berbau sensual dan cenderung berlebihan.
Adegan sensual yang terlalu banyak justru bisa menyebabkan objektifikasi suatu karakter. Kamu bisa melihat betapa banyaknya objektifikasi terhadap karakter perempuan di anime ONE PIECE. Selain itu, tidak semua orang menyukai fan service. Fan service yang terlalu banyak bisa saja membuat penonton muak.
4. Anime Orisinil Sepi Peminat
Pada dekade 1990 hingga 2000-an, ada banyak anime orisinil seperti NEON GENESIS EVANGELION, COWBPY BEBOP, CODE GEASS, FLCL, hingga SAMURAI CHAMPLOO. Judul-judul tersebut mampu menarik perhatian penggemar dan masuk dalam daftar anime populer dengan rating tinggi. Namun, kesuksesan tersebut kini hilang.
Saat ini, studio animasi kesusahan menarik penggemar dengan anime orisinil. Meski banyak anime orisinil yang menarik seperti SK8 THE INFINITY, LYCORIS RECOIL, LINK CLICK, BUDDY DADDIES, judul-judul tersebut nyatanya belum mampu menyaingi kesuksesan sebelumnya. Penggemar berharap studio animasi mampu menghadirkan anime orisinil dengan genre beragam dan cerita yang lebih kreatif.
5. Daur Ulang Cerita
Selain anime orisinil yang sepi peminat, masalah lainnya adalah storyline yang monoton dan cenderung membosankan. Kebanyakan anime modern hanya mendaur ulang trope lawas, menghadirkan alur cerita yang monoton, dan protagonis yang klise. Arc yang disajikan pun itu-itu saja. Seperti contoh, protagonis anime shonen akan melewati masa pelatihan atau formula Big Three yang begitu menjamur di pasaran.
Sebenarnya, bukan salah studio animasi sepenuhnya. Pihak studio jelas mengikuti tren pasar yang sedang populer. Hanya saja, jika cerita yang disajikan monoton dan begitu-begitu saja, penggemar anime lama-lama juga akan bosan. Pihak studio bisa melakukan reboot cerita atau karakter untuk membuat anime menjadi lebih baik dan menarik.
Jangan Ketinggalan Baca Artikel Lainnya!
10 Rekomendasi Film Anime Standalone yang Rilis 2024, Patut Diantisipasi!
8 Rekomendasi Anime Bertema Bangsawan Romantis Paling Terbaru, Punya Kisah Manis - Fantasi Aksi Seru
'TOTTO CHAN: THE LITTLE GIRL AT THE WINDOW' Segera Tayang di Indonesia, Simak Sinopsis dan Jadwalnya di Sini!
Apa Itu Genre Anime Isekai? Berikut Penjelasannya Lengkap dengan Daftar Genre Lain
7 Rekomendasi Anime Bertema Perjuangan Mengejar Mimpi yang Penuh Harapan dan Memotivasi
(Transformasi mencengangkan! Asri Welas sekarang terlihat makin cantik dan hot!)
Advertisement