Film Korea yang Mengangkat tentang Tuna Rungu, Kisah Inspiratif dan Emosional
Diterbitkan:

Film Korea yang mengangkat tentang tuna rungu (Image by mydramalist)
Kapanlagi.com - Dunia sinema Korea memiliki kekayaan yang tak hanya terletak pada kisah romansa atau drama keluarga, tetapi juga keberanian untuk menghadirkan representasi kelompok rentan seperti tuna rungu. Film ini tidak sekadar menampilkan karakter tuna rungu, melainkan membangun narasi yang mengedepankan emosi, isolasi, perjuangan, dan ikatan antar manusia melalui penggunaan Korean Sign Language (KSL) secara autentik.
Mulai dari kisah nyata pahit dalam Silenced hingga drama romantis ringan di Hear Me: Our Summer, setiap film membawa perspektif unik yang mengajak penonton untuk memahami dunia sunyi mereka. Film-film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik penonton tentang tantangan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas tuna rungu.
Berikut KapanLagi.com rangkum dari berbagai sumber tentang beberapa film dan drama Korea yang mengangkat tema tentang tuna rungu, yang patut untuk ditonton. Simak informasi selengkapnya di bawah ini, Minggu (15/6/2025)!
Advertisement
1. Silenced (2011)
Film Korea Silenced (Image by mydramalist)
Film ini diangkat dari kisah nyata di Gwangju Inhwa, sebuah sekolah khusus tuna rungu yang menjadi lokasi kekerasan seksual masif terhadap murid-muridnya. Gong Yoo berperan sebagai guru seni yang awalnya penuh semangat, namun ia menyadari bahwa murid-muridnya mengalami penderitaan luar biasa yang tersembunyi.
Konflik yang muncul tidak hanya bersifat personal, namun juga mengungkap sistem korup yang melibatkan staf sekolah dan aparat. Proses guru dan aktivis menggali kebenaran serta memaksakan tuntutan hukum mencerminkan ketidakberdayaan yang dialami komunitas tuna rungu.
(Kondisi Vidi Aldiano bikin khawatir, kesakitan jalan di panggung dan dituntun Deddy Corbuzier.)
2. Bori (2018)
Film Korea Bori (Image by mydramalist)
Mengisahkan Na Bo-ri, gadis 11 tahun yang merupakan satu-satunya anggota keluarga yang bisa mendengar. Ia tumbuh dalam lingkungan penuh cinta, tetapi merasa terasing karena perbedaan kemampuan.
Kondisi ini mendorongnya untuk mencoba menutup indera pendengarannya, berharap bisa lebih sejalan dengan orang tuanya. Film ini membawa nuansa yang hangat dan menyentuh, menggambarkan konflik internal Bo-ri sebagai seorang CODA (Child of Deaf Adult) yang berusaha mencari keseimbangan antara kasih sayang dan identitas diri.
Advertisement
3. Hear Me: Our Summer (2024)
Film Hear Me: Our Summer (Image by Viu)
Film ini mengeksplorasi kisah romantis dua remaja, di mana salah satunya memiliki gangguan pendengaran ringan. Bahasa isyarat digunakan sebagai jembatan kedekatan, bukan sebagai hambatan.
Alur film ini ringan, penuh kehangatan dan memperlihatkan bagaimana bahasa nonverbal bisa mempererat hubungan, menyampaikan perasaan, dan menumbuhkan cinta yang tulus antar karakter. Ini adalah contoh sempurna bagaimana komunikasi dapat melampaui batasan fisik.
4. Midnight (2021)
Film Korea Midnight (Image by Viu)
Film thriller ini mengangkat kisah seorang wanita tuna rungu yang menyaksikan perbuatan brutal seorang pembunuh berantai. Konflik terbesar muncul dari ketidakmampuan untuk berteriak atau memperingatkan orang lain secara verbal, sehingga ketegangan tumbuh lebih pekat melalui kesunyian.
Sudut pandang ini membawa penonton merasakan langsung kecemasan dan bahaya dari perspektif tuna rungu. Film ini menunjukkan bagaimana ketidakmampuan berkomunikasi dapat menciptakan situasi yang sangat berbahaya.
5. Sympathy for Mr. Vengeance (2002)
Film Sympathy for Mr. Vengeance (Image by mydramalist)
Bagian pertama dari trilogi Park Chan-wook ini menceritakan Ryu, pria tuna rungu yang bekerja keras demi membiayai transplantasi ginjal adiknya. Upaya Ryu melalui cara ilegal berujung pada skema penculikan yang tragis.
Di tengah kekacauan yang berkembang, ketidakmampuannya untuk berkomunikasi secara verbal menjadi elemen dramatis yang memperkuat tema keterasingan dan putus asa. Atmosfer sunyi dan intens mempertegas bagaimana komunikasi nonverbal dapat menyampaikan emosi yang dalam dan rawan konflik.
6. Sad Movie (2005)
Film Sad Movie (Image by mydramalist)
Film ini menghadirkan beberapa kisah yang menyentuh, salah satunya tentang Soo-jung, seorang penerjemah bahasa isyarat, dan Soo-eun, wanita tuna rungu. Cerita mereka menyoroti bagaimana komunikasi nonverbal mampu membangun ikatan emosional yang kuat.
Interaksi antara karakter yang dapat mendengar dan yang tuna rungu menggambarkan sifat empatik yang mendalam. Hubungan mereka memperlihatkan kekuatan bahasa yang tak terdengar dalam menyampaikan rasa kehilangan dan kedekatan.
7. Glove (2011)
Film Korea Glove (Image by IMDb)
Berdasarkan kisah nyata, film ini mengisahkan mantan pemain bisbol yang menjadi pelatih tim bisbol tuna rungu di daerah pedesaan. Tantangan utama yang dihadapi bukan hanya teknik olahraga, tetapi juga komunikasi melalui tanda tangan dan bahasa tubuh.
Seiring waktu, tim mulai saling memahami dan membangun kekompakan. Bahasa isyarat pun berkembang menjadi simbol kepercayaan dan kebersamaan dalam meraih prestasi.
8. Adada (1987)
Film Korea Adada (Image by IMDb)
Film klasik ini menyoroti perempuan tuna rungu di era historis Korea, di mana diskriminasi dan ketidakpedulian masyarakat sangat terasa. Tokoh utama tidak memiliki akses ke KSL formal sehingga menggunakan isyarat tubuh sebagai alat komunikasi. Kesunyian menjadi medium yang kuat untuk menggambarkan penindasan dan kerinduan akan pengakuan serta koneksi sosial.
9. Representasi Bahasa Isyarat Korea dalam Cinema
Keseluruhan film di atas menggunakan Korean Sign Language dan isyarat tubuh sebagai elemen utama untuk membangun karakter dan relasi antara mereka. Dari Silenced yang mengekspos ketidakadilan, hingga Hear Me: Our Summer yang merayakan cinta muda, penggunaan bahasa ini memberikan kedalaman emosi dengan cara yang tidak bisa dicapai hanya melalui dialog verbal.
10. Dampak Sosial dan Kesadaran Publik
Film seperti Silenced berhasil memicu perubahan hukum di Korea Selatan dengan mendorong penghapusan “statute of limitations” untuk kekerasan terhadap minoritas seperti tuna rungu. Film lain, seperti Bori, menumbuhkan simpati dan kesadaran tinggi terhadap kehidupan nyata para CODA dan tuna rungu, memperlihatkan bahwa keberadaan mereka layak mendapat ruang dan didengar.
(kpl/sfa)
Salsabila Febriana Nur Afandi
Advertisement