Kisah Perempuan Jadi Tema Balinale Film Festival 2014
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Balinale Film Festival 2014 memilih kisah-kisah perempuan sebagai tema sentral dalam penyelenggaraannya mulai 12-18 Oktober ini. Festival film yang kini berusia delapan tahun ini sengaja mengangkat tema "Focus on Women", karena besarnya kontribusi perempuan dalam semua aspek industri film, tak terkecuali di Indonesia.
"Indonesia makin banyak memiliki pekerja perempuan dalam industri perfilmannya. Saya mau menghargai hal tersebut. Kami juga punya Penghargaan Khusus Achievement di film untuk perempuan," ungkap Deborah Gabinetti, pendiri dan Direktur Festival Balinale, pada 25 September lalu.
Balinale 2014 sendiri akan memutar 59 film terpilih (Indonesia dan luar negeri) di dua lokasi, yaitu Beachwalk Mall dan Cinema XXI di Kuta, Bali. Dari jumlah itu, 21 film akan lakukan Asian Premiere, 4 film akan International Premiere dan 3 film akan World Premiere (jadwal pemutaran klik di sini). "Banyak film di Balinale tahun ini yang memiliki elemen perempuan, baik dari posisi sutradara, penulis skenario, produser, sampai pimpinan studio," ujar Deborah.
Persoalan dan kisah tentang perempuan juga bersemayam dalam film-film Indonesia yang diputar di Bali International Film Festival 2014. Salah satunya, MARYAM. Film pendek karya Sidi Saleh ini adalah film Indonesia pertama yang menang di festival film internasional tertua di dunia, Venice Film Festival. Maryam berkisah soal muslimah yang menjadi pembantu rumah tangga dan harus menemani adik majikannya untuk ikuti misa Natal di gereja.
Film 12 MENIT: KEMENANGAN untuk Selamanya juga kental akan tema perempuan. "Film ini benar-benar saya bikin dengan hati, karena baru itu pertama kalinya saya bikin film tentang inspirasi, tentang sesuatu yang hebat yang menginspirasi banyak orang, tentang seorang perempuan yang digambarin sangat hebat untuk menggerakkan orang-orang untuk bisa menang," ujar Hanny R. Saputra, sutradara film 12 MENIT.
Ada pula BAJAJ BAJURI dan SLANK NGGAK ADA MATINYA produksi Starvision Plus yang juga memiliki tokoh sentral seorang perempuan. "Kami pilih SLANK NGGAK ADA MATINYA, karena Bunda Iffet adalah perempuan yang hebat. Dan, kami juga sertakan BAJAJ BAJURI THE MOVIE, sebagai kontras bahwa istri atau ibu rumah tangga bisa menjadi seorang yang hebat pula," ujar Reza Servia, produser dari Starvision Plus.
Selain film-film yang kisahnya memuat problem perempuan, Balinale 2014 juga mendatangkan tokoh penting perempuan dari industri film Hollywood. Antara lain, Jill Gwen Braginets yang merupakan Senior Vice President of Finance and Operations di Fox Searchlight Pictures (12 YEARS A SLAVE, SLUMDOG MILLIONAIRE dan BLACK SWAN) dan Donna Smith, perempuan pertama dalam sejarah yang memimpin produksi dari studio besar Hollywood, Universal Pictures.
Dengan banyaknya film yang terikat dengan tema "Focus on Women" di Balinale dan kedatangan para tokoh penting perempuan dari industri film, Rima Melati pun mengaku kagum sekaligus bangga. "Makin lama makin oke, makin banyak juga yang menghargainya. Dulu, tahun pertama masih pada sangsi. Ini apa sih Balinale? Cuma dilihat karena tempatnya di Bali," ungkap Rima.
Aktris senior ini merupakan penasihat di Balinale sejak festival film ini dihelat pertama kali. "Kami akan terus mendukung Balinale. Semoga Balinale juga nggak ada matinya," ujar Reza Servia, sambil tersenyum.
Aktris senior Rima Melati menjadi salah satu aktris yang turut menghadiri Balinale Film Festival. (dok. Muvila.com)
"Indonesia makin banyak memiliki pekerja perempuan dalam industri perfilmannya. Saya mau menghargai hal tersebut. Kami juga punya Penghargaan Khusus Achievement di film untuk perempuan," ungkap Deborah Gabinetti, pendiri dan Direktur Festival Balinale, pada 25 September lalu.
Balinale 2014 sendiri akan memutar 59 film terpilih (Indonesia dan luar negeri) di dua lokasi, yaitu Beachwalk Mall dan Cinema XXI di Kuta, Bali. Dari jumlah itu, 21 film akan lakukan Asian Premiere, 4 film akan International Premiere dan 3 film akan World Premiere (jadwal pemutaran klik di sini). "Banyak film di Balinale tahun ini yang memiliki elemen perempuan, baik dari posisi sutradara, penulis skenario, produser, sampai pimpinan studio," ujar Deborah.
Persoalan dan kisah tentang perempuan juga bersemayam dalam film-film Indonesia yang diputar di Bali International Film Festival 2014. Salah satunya, MARYAM. Film pendek karya Sidi Saleh ini adalah film Indonesia pertama yang menang di festival film internasional tertua di dunia, Venice Film Festival. Maryam berkisah soal muslimah yang menjadi pembantu rumah tangga dan harus menemani adik majikannya untuk ikuti misa Natal di gereja.
Film 12 MENIT: KEMENANGAN untuk Selamanya juga kental akan tema perempuan. "Film ini benar-benar saya bikin dengan hati, karena baru itu pertama kalinya saya bikin film tentang inspirasi, tentang sesuatu yang hebat yang menginspirasi banyak orang, tentang seorang perempuan yang digambarin sangat hebat untuk menggerakkan orang-orang untuk bisa menang," ujar Hanny R. Saputra, sutradara film 12 MENIT.
Ada pula BAJAJ BAJURI dan SLANK NGGAK ADA MATINYA produksi Starvision Plus yang juga memiliki tokoh sentral seorang perempuan. "Kami pilih SLANK NGGAK ADA MATINYA, karena Bunda Iffet adalah perempuan yang hebat. Dan, kami juga sertakan BAJAJ BAJURI THE MOVIE, sebagai kontras bahwa istri atau ibu rumah tangga bisa menjadi seorang yang hebat pula," ujar Reza Servia, produser dari Starvision Plus.
Selain film-film yang kisahnya memuat problem perempuan, Balinale 2014 juga mendatangkan tokoh penting perempuan dari industri film Hollywood. Antara lain, Jill Gwen Braginets yang merupakan Senior Vice President of Finance and Operations di Fox Searchlight Pictures (12 YEARS A SLAVE, SLUMDOG MILLIONAIRE dan BLACK SWAN) dan Donna Smith, perempuan pertama dalam sejarah yang memimpin produksi dari studio besar Hollywood, Universal Pictures.
Dengan banyaknya film yang terikat dengan tema "Focus on Women" di Balinale dan kedatangan para tokoh penting perempuan dari industri film, Rima Melati pun mengaku kagum sekaligus bangga. "Makin lama makin oke, makin banyak juga yang menghargainya. Dulu, tahun pertama masih pada sangsi. Ini apa sih Balinale? Cuma dilihat karena tempatnya di Bali," ungkap Rima.
Aktris senior ini merupakan penasihat di Balinale sejak festival film ini dihelat pertama kali. "Kami akan terus mendukung Balinale. Semoga Balinale juga nggak ada matinya," ujar Reza Servia, sambil tersenyum.

Berita Film Terbaru
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(muv/dka)
Editor:
Mahardi Eka Putra
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement