Aming Bandingkan LGBT dan Para Mutan Dalam Film X-Men
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Saat ini dalam pemberitaan banyak media, kasus-kasus kriminal terkait LGBT tiba-tiba mencuat. Dua di antaranya ada dari dunia selebriti, yaitu isu pelecehan seksual yang diduga dilakukan Indra Bekti dan lantas kasus Saipul Jamiell. Untuk Saipul Jamiell, meski pengacaranya mencoba keras melindungi namun pengakuan pedangdut tersebut telah tersebar secara luas.
Menanggapi berbagai kasus kriminal yang dilakukan oleh orang-orang yang terindikasi sebagai LGBT, Aming menyebut bahwa sebenarnya hal itu bukan masalah orientasi seksual. Banyak perilaku kriminal dilakukan oleh mereka yang jahat dan itu tidak berkaitan dengan LGBT.
"Ini bukan tentang LGBT, bukan tentang hetero atau apa. Namanya orang jahat nggak lihat dari seksual orientasinya. Orang jahat ya jahat aja. Kalau LGBT sekarang diposisikan kriminalisasi, keterlaluan ya," ucap Aming di Take's Mansion and Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (09/03).
Sementara terkait berbagai penanganan LGBT, menurutnya saat ini ada terlalu banyak hal yang menjurus ke titik ekstrem. Meski Indonesia saat ini masih cukup toleran dengan berbagai perbedaan, Aming membuat analogi tentang penanganan LGBT mirip dengan tindakan kepada para mutan X-Men.

"Sampai ada klausul bahwa LGBT bakal direhab, diterapi hormon atau malah bakal sampai dipenjara karena mendukung gerakan LGBT. Itu kayak film X-MEN di mana para mutan dipaksa jadi manusia tanpa dikasih pilihan. Sementara Tuhan aja ngasih kehendak bebas mau jadi apapun selama dipertanggungjawabkan. Pada akhirnya orang harus belajar keberagaman. Tolong baca lagi UUD 45. Kalau LGBT mau diterapi gila ya, anak yang terlahir hermaprodit kan banyak. Kalau main suntik kan gila. Hak hidupnya dirampas," tuturnya.
Tak ingin hak-hak sebagai manusia mereka dirampas, Aming berharap agar setiap orang bisa menghargai perbedaan. Namun berbeda dari pendapat Aming tentang klausul LGBT, saat ini penolakan yang terjadi di Indonesia sebenarnya lebih banyak berdasar kepada ajaran agama dan norma sosial yang tidak sesuai.
"Ya harus toleran perbedaan. Jangan maling teriak maling. Belajar respect kelemahan orang, belajar ngaca. Semoga bahu membahu menciptakan keharmonisan aja. Gue sih lihat pancasila dan UUD 45. Zaman di mana Indonesia saling berpegangan tangan," tandasnya.
Simak Juga:
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/abs/sjw)
Adi Abbas Nugroho
Advertisement