Apa Arti Maskulin: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Konsep Maskulinitas

Penulis: Rizka Uzlifat

Diterbitkan:

Apa Arti Maskulin: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Konsep Maskulinitas
apa arti maskulin

Kapanlagi.com - Maskulin merupakan konsep yang sering diperbincangkan dalam konteks gender dan identitas. Istilah ini merujuk pada sejumlah atribut, perilaku, dan peran yang secara tradisional dikaitkan dengan laki-laki.

Pemahaman tentang apa arti maskulin telah berkembang seiring waktu dan berbeda antar budaya. Konsep maskulinitas tidak hanya terbatas pada aspek biologis, tetapi juga melibatkan konstruksi sosial yang kompleks.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maskulin artinya suatu atribut yang melekat pada sifat jantan atau laki-laki. Sementara itu, Cambridge Dictionary mendefinisikan maskulin sebagai karakteristik yang secara tradisional dianggap khas atau cocok untuk pria.

1. Pengertian dan Definisi Maskulin

Pengertian dan Definisi Maskulin (c) Ilustrasi AI

Maskulin adalah sejumlah atribut, perilaku, dan peran yang terkait dengan anak laki-laki dan pria dewasa. Maskulinitas didefinisikan secara sosial dan diciptakan secara biologis, namun sifat maskulin berbeda dengan jenis kelamin biologis.

Dalam konteks yang lebih luas, maskulinitas merupakan konstruksi sosial yang membedakan peran perempuan dan laki-laki di dalam keluarga dan masyarakat yang diturunkan secara kultural. Konstruksi ini terinternalisasi menjadi kepercayaan turun-temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya, dan diyakini sebagai ideologi.

Mengutip dari buku Perempuan Dalam Lingkaran KDRT karya Sofia Hardani, gender adalah konstruksi sosial yang membedakan peran perempuan dan laki-laki di dalam keluarga dan masyarakat. Perbedaan gender yang sangat panjang ini akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan, seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi.

Karakteristik maskulin biasanya terdapat pada anak laki-laki maupun pria dewasa, namun baik laki-laki maupun perempuan dapat bersifat maskulin. Ciri-ciri yang melekat pada istilah maskulin adalah keberanian, kemandirian dan ketegasan, yang bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya.

2. Ciri-Ciri dan Karakteristik Maskulin

Ciri-Ciri dan Karakteristik Maskulin (c) Ilustrasi AI

Pemahaman tentang ciri-ciri maskulin telah berkembang dari waktu ke waktu. Ronald F. Levant dalam bukunya Masculinity Reconstructed menjelaskan bahwa terdapat sifat-sifat khas pada seseorang yang dianggap maskulin.

  1. Keberanian dan Ketegasan - Kemampuan untuk mengambil keputusan dengan tegas dan berani menghadapi tantangan
  2. Kemandirian - Mampu berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan masalah
  3. Kekuatan Fisik dan Mental - Memiliki daya tahan yang baik baik secara fisik maupun psikologis
  4. Kepemimpinan - Kemampuan untuk memimpin dan mengambil tanggung jawab
  5. Rasionalitas - Cenderung mengambil keputusan berdasarkan pemikiran logis dan akal sehat
  6. Ambisi dan Orientasi Tujuan - Memiliki tujuan hidup yang jelas dan berusaha mencapainya
  7. Kontrol Emosi - Kemampuan untuk mengendalikan dan membatasi ekspresi emosi

Melansir dari buku Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat karya Maisyarah, SKM., M. Kes. dkk, masyarakat dianggap maskulin jika peran emosional gender berbeda dengan jelas: laki-laki harus otoriter, kasar dan fokus pada kesuksesan materi, sedangkan perempuan harus sederhana, lembut dan peduli dengan kualitas hidup.

3. Perbedaan Seks dan Gender dalam Konteks Maskulinitas

Perbedaan Seks dan Gender dalam Konteks Maskulinitas (c) Ilustrasi AI

Penting untuk memahami perbedaan mendasar antara seks dan gender dalam konteks maskulinitas. Seks merujuk pada kategori biologis yang sudah melekat pada diri manusia sebelum lahir, sementara gender mengacu pada kategori sosial yang berkaitan dengan perilaku tertentu yang dibentuk oleh budaya.

Jika jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan, gender terdiri dari maskulin dan feminin. Seks bersifat konstan, sementara gender merupakan konstruksi sosial budaya masyarakat setempat yang melingkupinya.

Seseorang dengan kategori seks laki-laki secara biologis dapat saja berperilaku dan mengambil peran perempuan secara sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa secara kategori seks dia seorang laki-laki, tetapi secara gender perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa maskulinitas bukanlah sesuatu yang mutlak terikat pada jenis kelamin biologis.

Mengutip dari buku Ungkapan-Ungkapan Diskriminasi karya Dr. Nunun Tri Widarwati, diskriminasi gender dapat bersifat individu maupun institusi. Pelabelan tertentu yang melekat pada gender tertentu selalu muncul dan berakibat pada sikap dan perilaku tidak adil dari kelompok sosial lain.

4. Konstruksi Sosial dan Budaya Maskulinitas

Konstruksi Sosial dan Budaya Maskulinitas (c) Ilustrasi AI

Maskulinitas sebagai konstruksi sosial telah bervariasi menurut waktu dan tempat. Pada abad ke-19, seseorang yang suka berdandan baik pria maupun wanita dipandang bersifat maskulin, namun dalam standar modern hal tersebut disebut feminin.

Dalam beberapa budaya, menampilkan karakteristik yang tidak sesuai dari jenis kelamin yang dimiliki merupakan suatu masalah sosial. Perilaku di luar standar yang ditetapkan oleh tradisi dalam budaya tertentu dapat dianggap sebagai indikasi orientasi seksual tertentu.

Konsep maskulinitas cukup bervariasi tergantung sejarah dan budayanya. Maskulinitas dan feminimitas bukanlah konsep dengan dimensi kategori tunggal, melainkan ada berbagai bentuk maskulinitas dan feminimitas yang bervariasi antar masyarakat, kelas sosial, maupun tingkat peradaban.

Dengan menyadari maskulinitas sebagai konsep yang multi dimensi, terbuka ruang untuk melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi konsep tersebut. Laki-laki dan perempuan dapat menunjukkan ciri-ciri dan perilaku maskulin, dan orang-orang yang mencampurkan karakteristik maskulin dan feminin dalam dirinya dianggap androgini.

5. Maskulinitas dalam Perspektif Modern

Dalam perkembangan modern, pemahaman tentang maskulinitas telah mengalami evolusi. Studi tentang maskulinitas mendapat perhatian yang meningkat pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, dengan mata kuliah maskulinitas di Amerika Serikat meningkat dari 30 menjadi lebih dari 300 mata kuliah.

Hal ini telah memicu berbagai penelitian tentang maskulinitas dan pada akhirnya bidang ini berkembang lebih luas. Lahirnya teori-teori diskriminasi sosial, konstruksi sosial dan perbedaan gender merupakan perkembangan dari bidang studi ini.

Meskipun sering diabaikan dalam diskusi tentang maskulinitas, wanita juga dapat mengekspresikan sifat-sifat maskulin dalam perilakunya. Dalam budaya Barat, maskulinitas wanita telah dikotak-kotakkan menjadi identitas seperti "tomboy" dan "butch".

Dalam filsafat feminis, maskulinitas perempuan sering dicirikan sebagai jenis kinerja gender yang menantang maskulinitas dan dominasi laki-laki. Wanita maskulin sering mengalami stigma dan pelecehan sosial, walaupun pengaruh gerakan feminis telah menyebabkan penerimaan wanita yang mengekspresikan maskulinitas dalam beberapa dekade belakangan ini.

6. Dampak dan Tantangan Maskulinitas

Dampak dan Tantangan Maskulinitas (c) Ilustrasi AI

Dalam masyarakat patriarki, laki-laki mempunyai tantangan tersendiri dalam menangani berbagai kasus. Sudah biasa dengan pandangan bahwa laki-laki harus bersikap jantan dan kuat, dan jika tidak kuat, maka dianggap bukan lelaki sejati.

Terdapat konsep kejantanan yang harus diikuti, yang membuat orang berfikir bahwa laki-laki adalah tokoh yang kuat dan tidak boleh "kalah" dari wanita. Anggapan ini membuat istilah toxic masculinity muncul, yang merujuk pada terbatasnya laki-laki untuk melakukan sesuatu yang menyimpang dari konsep maskulinitas.

Bukti menunjukkan bahwa perilaku maskulin yang berlebihan memiliki dampak negatif terhadap kesehatan pria. Studi tentang pria di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa pria yang mengkonsumsi minuman beralkohol sering kali bertujuan untuk memenuhi harapan sosial tertentu mengenai kejantanan atau maskulinitas.

Mengutip dari buku KDRT Dalam Persimpangan COVID-19 karya Dr. Hellen Last Fitriani, SH., MH., sistem patriarki yang diketahui sejauh ini tidak hanya buruk bagi wanita dan golongan marjinal, tetapi juga untuk laki-laki karena sifatnya yang opresif dan diskriminatif.

7. FAQ (Frequently Asked Questions)

FAQ (Frequently Asked Questions) (c) Ilustrasi AI

Apa yang dimaksud dengan maskulin?

Maskulin adalah atribut yang melekat pada sifat jantan atau laki-laki, mencakup karakteristik seperti keberanian, kemandirian, dan ketegasan. Maskulin merupakan konstruksi sosial yang dapat dimiliki baik oleh laki-laki maupun perempuan.

Apakah maskulin sama dengan jenis kelamin laki-laki?

Tidak, maskulin berbeda dengan jenis kelamin biologis. Maskulin adalah konstruksi sosial yang berkaitan dengan perilaku dan karakteristik tertentu, sementara jenis kelamin adalah kategori biologis yang bersifat konstan.

Bisakah perempuan memiliki sifat maskulin?

Ya, perempuan dapat mengekspresikan sifat-sifat maskulin dalam perilakunya. Dalam budaya Barat, maskulinitas wanita dikenal dengan istilah seperti "tomboy", dan hal ini tidak selalu berkaitan dengan orientasi seksual.

Apa ciri-ciri utama seseorang yang maskulin?

Ciri-ciri utama maskulin meliputi keberanian, kemandirian, ketegasan, kekuatan fisik dan mental, kepemimpinan, rasionalitas, serta kemampuan mengendalikan emosi. Namun karakteristik ini dapat bervariasi tergantung budaya dan konteks sosial.

Apakah konsep maskulin sama di semua budaya?

Tidak, konsep maskulinitas bervariasi menurut waktu dan tempat. Apa yang dianggap maskulin dalam satu budaya mungkin berbeda dengan budaya lain, dan pemahaman tentang maskulinitas juga telah berubah sepanjang sejarah.

Apa itu toxic masculinity?

Toxic masculinity adalah istilah yang merujuk pada terbatasnya laki-laki untuk melakukan sesuatu yang menyimpang dari konsep maskulinitas tradisional. Hal ini dapat menyebabkan perilaku tidak sehat seperti kekerasan, penolakan untuk mencari bantuan, dan penekanan emosi.

Bagaimana cara mengembangkan maskulinitas yang sehat?

Maskulinitas yang sehat dapat dikembangkan dengan menyeimbangkan sifat-sifat tradisional maskulin seperti keberanian dan kepemimpinan dengan nilai-nilai positif seperti empati, komunikasi yang baik, dan kepedulian terhadap sesama tanpa melakukan kekerasan atau diskriminasi.

(kpl/fed)

Reporter:

Rizka Uzlifat

Rekomendasi
Trending