Perkembangan Film Indonesia Terganjal Modal dan SDM

Penulis: Anton

Diterbitkan:

Perkembangan Film Indonesia Terganjal Modal dan SDM Ody Mulya, pimpinan Maxima Pictures

Kapanlagi.com - Produser film dari rumah produksi Maxima Pictures, Ody Mulya, menilai film Indonesia pada 2009 kembali mati suri. Selain teknologi, modal dan Sumber Daya Manusia (SDM) perfilman Indonesia penyebab rontoknya film Indonesia itu."Sejak Mei hingga Desember 2009, film Indonesia kembali rontok oleh serbuan film asing," ujar Ody Mulya di Samarinda, Rabu (30/12)."Film kita tidak mampu bersaing dengan film asing karena teknologi yang mereka gunakan jauh lebih maju. Begitu pula dengan SDM, kita sangat kekurangan sineas yang bisa memproduksi film berkualitas sesuai dengan keinginan penonton," kata produser film MALING KUTANG yang dirilis pada 2009 tersebut."Coba anda bayangkan, untuk memproduksi sebuah film, minimal biaya yang dibutuhkan Rp4 miliar. Bagaimana jika film itu tidak ditonton, berapa besar kerugian yang harus ditanggung, belum lagi nasib para kru film itu," kata Ody Mulya yang mengaku biaya dikeluarkan untuk memproduksi film BUKAN BINTANG BIASA (BBB) mencapai Rp7,5 miliar, namun hanya mampu menembus 500 ribu penonton.Sikap skeptis masyarakat Indonesia, katanya, juga menjadi penyebab merosotnya industri film di tanah air"Insan perfilman juga perlu ketenangan dan kepastian sebab investasi di dunia film sangat besar, namun risikonya juga sangat besar. Jadi, masyarakat harus bersikap terbuka dan tidak langsung memprotes sebuah film sebelum melihat alur cerita film itu," katanya.Film garapan terbarunya, SUSTER KERAMAS yang diangkat melalui kisah nyata itu kata Ody Mulya sengaja menghadirkan bintang asal Jepang, Rin Sakuragi, sebagai salah satu upaya membendung perfilman Indonesia dari serbuan film asing."Kami (Maxima Pictures) sengaja menghadirkan bintang asing asal Jepang untuk memberi warna film Indonesia agar bisa mengimbangi serbuan film-film asing. Kita harus mencoba mengolaborasi, bintang asing dan lokal agar film Indonesia bisa menembus pasar, minimal di kawasan Asia," katanya.Lihat Foto Rin Sakuragi:

"Bagaimana kita mau bersaing dengan film asing jika hanya mengandalkan pemain lokal, apalagi jika mau menembus film ke tingkat Asia," kata produser film SUMPAH POCONG DI SEKOLAH itu.Setelah sempat mati suri pada periode 1980 hingga 1990-an, film Indonesia, kata Ody Mulya, sempat bangkit pada 2006."Tahun ini saja, produksi film di Indonesia sekitar 98 film, berbeda dengan di Hongkong dan India yang jumlahnya ratusan apalagi di Hollywood yang jumlahnya mencapai ribuan film per tahun," ujar Ody Mulya.        

(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)

(ant/bun)

Editor:

Anton

Rekomendasi
Trending