Jabang Tetuko, Menyimak Kembali Lahirnya Gatut Kaca
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Negeri kahyangan gempar karena para raksasa memberontak. Semua kekuatan dewa dari Dewa Angin, Dewa Api, dan Dewa Air tak mampu membendung kekuatan raksasa. Merekapun menjadi congkak. Keadaan bahaya ini membuat Betara Guru cemas. Sebagai pengatur alam raya, Betara Guru meminjamkan senjata pada Pandawa yang sedang membutuhkan senjata tajam untuk memutus tali pusar Jabang Tetuko, anak Bima dan Dewi Arimbi. Sebagai balasannya, Betara Guru meminta Jabang Tetuko memberantas para Raksasa. Tentu saja perasaan Dewi Arimbi tak tega melepas anak yang baru saja dilahirkannya kepada raksasa, setelah tali pusarnya terputus. Namun, janji adalah hutang.Jabang Tetuko yang masih merah dibawa ke istana para raksasa. Mereka merasa terhina karena para Dewa hanya mengirim bayi merah untuk melawan mereka. Padahal untuk santapan saja bayi merah itu tidak akan mampu membuat kenyang para raksasa. Betapa terkejutnya mereka ketika Jabang Tetuko ternyata tak bisa dimakan. Ototnya dari kawat, tulangnya dari besi, Raja raksasapun turun tangan. Terbunuhlah si Jabang Tetuko. Namun, Dewa berkehendak lain. Dewa memberi kehidupan kedua setelah Jabang Tetuko dilemparkan ke kawah Condrodimuko, kawah gunung berapi yang sangat panas. Lahirlah Gatut Kaca. Dengan kemampuan terbang, Dewa kembali mengutusnya menghalau para Raksasa. Kisah kelahiran ini mungkin sudah tidak populer bagi kita semua. Namun, sutradara Mirwan Suwarso dari PT. Destiny Films membawanya kembali dalam pentas 'Jabang Tetuko - An Immersive Cultural Experience' pertunjukan 3 dimensi wayang kulit, wayang orang, film dan orkestra dalam satu pertunjukan. Menggabungkan sinema, broadway, wayang kulit dan seni tari wayang orang dalam satu pertunjukan, inovasi ini diharapkan dapat membuat kita kembali bangga dengan superhero lokal. “Saya cuma geregetan saja anak saya kebanyakan melihat tokoh luar, makanya saya buat pertunjukan ini agar anak-anak juga mengenal tokoh pahlawan asli Indonesia,” harapnya usai latihan di the Hall, Senayan City, Kamis (26/5).Menggunakan tiga layar lebar, dua panggung, musik orkestra, tata tari, serta tata laga gaya Hollywood, pertunjukan tersebut digelar pada 27 - 28 Mei 2011. Banyaknya adegan yang berlangsung mengejutkan saat para pemain turun dari panggung membuat pertunjukan ini terasa mendebarkan. Terlebih musik yang tertata indah dan megah membuat pertunjukan spektakuler.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/uji/bun)
Reporter:
puji puput
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement