Kapanlagi.com - Banyaknya tabung gas ukuran 3 kg yang meledak membuat Ivy Batuta merasa kecewa dan sedih. Betapa tidak, konversi bahan bakar dari minyak ke minyak, yang seharusnya bisa menjadi alternatif baik dari sisi efisiensi dan hemat biaya, berujung pada bencana. "Gue kecewa dan sedih. Bahkan gue nangis kalau ada jadi korban anak-anak, wajah atau bagian tubuhnya jadi cacat. Bagaimana nasib masa depan mereka? Gue heran negara semaju ini masa sih masih terjadi kaya gitu? Jika saja orang berduit menyisihkan uang 100 sampai 200 juta untuk disumbangkan memperbaiki kualitas gas dan sesuatunya yang berkaitan dengan itu, pasti enggak ada lagi kejadian tabung gas meledak," tutur Ivy saat dijumpai di Glossy Smooth L'oreal di Grand Indonesia, Jumat (23/7). Apalagi, Ivy sangat sensitif dan mudah menangis saat melihat kejadian-kejadian yang hingga menimbulkan korban jiwa. Lantas kalau sudah seperti ini keadaannya, siapa yang harus bertanggung jawab? "Itulah beratnya jadi pemimpin, tanggung jawab yang dipikul besar banget. Kalau satu atau dua kejadian sih enggak apa-apa. Tapi ini? Lebih dari itu. Mestinya pemerintah lebih mengawasi yang berkenaan dengan gas. Ya, kualitas tabungnya, pendistribusian kian diperketat dan lain-lain," tandasnya. "Gue rasa ada pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab. Mereka dengan sengaja membuat tabung gas palsu. Biar orangnya dibalas di neraka nanti, biar mampus mereka," lanjutnya.Dan sebelum memakan korban yang lebih banyak lagi, Ivy berharap pemerintah cepat bertindak untuk melakukan segala tindakan antisipasi yang sangat mungkin untuk dilakukan. "Pemerintah harus cepat mengantisipasi. Seperti cepat menarik tabung gas yang rusak, diuji coba lagi tabungnya atau mensosialisasikan kembali penggunaan gas yang benar. Jangan bikin iklan layanan yang aneh," pungkasnya.