Dari Lezatnya Rendang Sampai Nilai Toleransi Ada di 'TABULA RASA'
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - TABULA RASA adalah film ketiga produksi LifeLike Pictures yang akan dirilis pada 25 September 2014. Film yang disutradarai oleh sineas muda Adriyanto Dewo dan penulis Tumpal Tampubolon ini akan menghadirkan sebuah drama keluarga yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan kekayaan kuliner Indonesia sebagai poros cerita.
"TABULA RASA ini bercerita tentang kerinduan dan memori rasa yang ada dalam kehidupan kita." ungkap Adriyanto Dewo.
TABULA RASA telah melaksanakan proses produksi pada bulan Januari sampai Februari 2014 selama 30 hari. Proses pengambilan gambar dilakukan di Jakarta, Bogor, dan Serui, Papua. Tabula Rasa didukung oleh Dewi Irawan, Yayu Unru dan Ozzol Ramdan. Film ini juga akan menjadi debut pertama bagi Jimmy Kobogau untuk berperan sebagai pemeran utama.
Film ini bercerita tentang Hans (Jimmy Kobogau) seorang pemuda Serui, Papua, yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pesepakbola profesional. Mimpinya hampir menjadi kenyataan ketika ia direkrut oleh sebuah klub bola di Jakarta. Namun, nasib berkata lain dan Hans terpaksa harus kehilangan mimpinya.
Di tengah keputusasaan, ia bertemu dengan Mak (Dewi Irawan) seorang pemilik rumah makan Padang sederhana (Lapau). Mak kemudian mengajak Hans ke lapaunya. Semangkuk gulai kepala ikan hangat dan kebaikan hati Mak membangkitkan kembali semangat hidup Hans.
Kehadiran Hans mendapat penolakan dari Parmanto (Yayu Unru), juru masak dan Natsir (Ozzol Ramdan), juru senduak (pelayan). Keadaan menjadi semakin memburuk ketika mereka mendapat saingan sebuah rumah makan baru yang lebih besar, yang persis berada di depan lapau. Hans, Mak, Natsir dan Parmanto harus menyelesaikan perselisihan di antara mereka untuk menyelamatkan lapau yang sedang sulit karena sepi pengunjung.
Mak dan Hans jadi dua tokoh sentral dalam filmnya nanti.
Dalam film TABULA RASA, makanan digambarkan sebagai sebuah iktikad baik untuk bertemu - lewat masakan dan makanan mereka bertemu, saling memberikan harapan dan semangat. Lewat masakan dan makanan pula, mereka berusaha saling memahami dan meleburkan perbedaan-perbedaan yang ada.
"Film TABULA RASA bisa dikatakan sebagai film kuliner pertama di Indonesia yang benar-benar memasukkan nilai-nilai sosial budaya kuliner ke dalam cerita." ungkap Lala Timothy selaku produser.
TABULA RASA bukan hanya bercerita tentang makanan tetapi juga bercerita tentang keragaman dan kekayaan budaya Indonesia. Selain itu mengingatkan kita tentang nilai-nilai budaya Indonesia yang hampir terlupakan, yaitu nilai toleransi, tolong menolong dan persatuan. Bhinneka Tunggal Ika lewat makanan.
"TABULA RASA ini bercerita tentang kerinduan dan memori rasa yang ada dalam kehidupan kita." ungkap Adriyanto Dewo.
TABULA RASA telah melaksanakan proses produksi pada bulan Januari sampai Februari 2014 selama 30 hari. Proses pengambilan gambar dilakukan di Jakarta, Bogor, dan Serui, Papua. Tabula Rasa didukung oleh Dewi Irawan, Yayu Unru dan Ozzol Ramdan. Film ini juga akan menjadi debut pertama bagi Jimmy Kobogau untuk berperan sebagai pemeran utama.
Film ini bercerita tentang Hans (Jimmy Kobogau) seorang pemuda Serui, Papua, yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pesepakbola profesional. Mimpinya hampir menjadi kenyataan ketika ia direkrut oleh sebuah klub bola di Jakarta. Namun, nasib berkata lain dan Hans terpaksa harus kehilangan mimpinya.
Di tengah keputusasaan, ia bertemu dengan Mak (Dewi Irawan) seorang pemilik rumah makan Padang sederhana (Lapau). Mak kemudian mengajak Hans ke lapaunya. Semangkuk gulai kepala ikan hangat dan kebaikan hati Mak membangkitkan kembali semangat hidup Hans.
Kehadiran Hans mendapat penolakan dari Parmanto (Yayu Unru), juru masak dan Natsir (Ozzol Ramdan), juru senduak (pelayan). Keadaan menjadi semakin memburuk ketika mereka mendapat saingan sebuah rumah makan baru yang lebih besar, yang persis berada di depan lapau. Hans, Mak, Natsir dan Parmanto harus menyelesaikan perselisihan di antara mereka untuk menyelamatkan lapau yang sedang sulit karena sepi pengunjung.

Dalam film TABULA RASA, makanan digambarkan sebagai sebuah iktikad baik untuk bertemu - lewat masakan dan makanan mereka bertemu, saling memberikan harapan dan semangat. Lewat masakan dan makanan pula, mereka berusaha saling memahami dan meleburkan perbedaan-perbedaan yang ada.
"Film TABULA RASA bisa dikatakan sebagai film kuliner pertama di Indonesia yang benar-benar memasukkan nilai-nilai sosial budaya kuliner ke dalam cerita." ungkap Lala Timothy selaku produser.
TABULA RASA bukan hanya bercerita tentang makanan tetapi juga bercerita tentang keragaman dan kekayaan budaya Indonesia. Selain itu mengingatkan kita tentang nilai-nilai budaya Indonesia yang hampir terlupakan, yaitu nilai toleransi, tolong menolong dan persatuan. Bhinneka Tunggal Ika lewat makanan.
Terbaru Dari Tabula Rasa
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(prl/dka)
Editor:
Mahardi Eka Putra
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement