Ramadhan 2025 Tinggal Menghitung Hari, Rencana Libur Sebulan Masih Dalam Pembahasan Pemerintah
Diperbarui: Diterbitkan:

Ilustrasi Bulan Ramadan (credit: pixabay)
Kapanlagi.com - Wacana libur sekolah selama bulan Ramadhan 2025 sedang hangat diperbincangkan! Meskipun belum ada keputusan resmi dari pemerintah, isu ini telah mencuri perhatian berbagai kalangan, mulai dari pendidik hingga masyarakat luas.
Wakil Menteri Agama, Muhammad Syafi'i, mengungkapkan bahwa ide ini memang sudah terdengar, namun belum dibahas secara mendalam oleh kementerian terkait. Banyak yang mendukung gagasan ini sebagai upaya untuk memperkuat pendidikan agama dan melestarikan tradisi. Namun, ada juga yang khawatir bahwa libur panjang ini dapat berdampak negatif pada capaian pembelajaran siswa jika berlangsung selama sebulan penuh.
Perdebatan mengenai libur sebulan di bulan suci bukanlah hal baru. Kebijakan serupa pernah diterapkan pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur. Namun, tantangan yang dihadapi saat ini jauh lebih kompleks, mencakup isu pendidikan, ekonomi, dan pengawasan anak selama masa liburan yang panjang. Oleh karena itu, setiap langkah yang diambil perlu dipikirkan dengan sangat matang.
Advertisement
1. Pemerintah Belum Menetapkan
Wacana libur sekolah selama Ramadhan 2025 mulai menggema setelah beberapa tokoh politik dan pendidik mengungkapkan pendapat mereka. Wakil Menteri Agama pun mengonfirmasi bahwa isu ini sudah sampai ke telinga mereka, meski belum ada pembahasan resmi di tingkat kementerian atau lintas sektor.
Tujuan dari libur penuh ini adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih mendalami kegiatan keagamaan, tetapi Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah masih belum mengambil langkah nyata untuk mengevaluasi dampaknya.
Berbagai kalangan pun mendesak agar dilakukan kajian menyeluruh sebelum kebijakan ini diimplementasikan, guna menghindari risiko seperti learning loss yang bisa muncul akibat jeda panjang dalam proses belajar. "Kami belum bahas, tapi wacananya kayaknya ada, tapi saya belum bahas itu," ungkap Muhammad Syafi'i, seperti dilansir dari Liputan6 News.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Dampak pada Pendidikan: Dapat Menyebabkan Penurunan Akademik
Libur sekolah selama sebulan penuh di bulan Ramadhan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pendidik mengenai dampaknya terhadap pencapaian kurikulum yang telah dirancang dengan cermat sejak awal tahun ajaran. Banyak guru berpendapat bahwa jeda panjang tanpa aktivitas belajar formal dapat mengakibatkan penurunan kemampuan akademik siswa.
Di sisi lain, pengamat pendidikan menekankan pentingnya menciptakan keseimbangan antara kegiatan keagamaan dan akademik. Beberapa solusi, seperti penyesuaian jadwal belajar dengan mengurangi jam pelajaran atau menyelenggarakan program pesantren kilat, dianggap lebih efektif daripada libur total. Tak hanya itu, para guru, terutama di sekolah swasta, juga khawatir akan dampak finansial dari libur panjang ini, ditambah dengan tantangan dari orang tua siswa yang enggan membayar SPP selama masa liburan.
"Kita harus melihat ini secara menyeluruh; jika libur ini hanya menguntungkan siswa Muslim, lalu bagaimana dengan siswa non-Muslim? Jika mereka libur, mereka kehilangan kesempatan belajar, sementara jika tetap bersekolah, itu bisa dianggap mendiskriminasi siswa Muslim," ungkap Satriwan Salim, Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G).
Advertisement
3. Potensi Risiko Selama Libur Panjang
Liburan panjang saat Ramadhan memang membawa berkah, namun di balik itu tersimpan sejumlah tantangan yang patut diwaspadai. Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah kurangnya pengawasan terhadap anak-anak, terutama bagi orang tua yang masih terpaksa bekerja.
Dalam momen ini, penggunaan gadget pun kerap melambung, dengan banyak remaja yang terjebak dalam dunia media sosial dan game online, yang bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fokus belajar mereka.
Seorang guru swasta mengungkapkan keresahannya, "Kami khawatir jika libur panjang ini berlangsung terus-menerus, yayasan akan memangkas gaji kami secara signifikan, padahal kebutuhan belanja saat bulan puasa dan menjelang Idul Fitri pasti meningkat."
4. Libur Sebulan Merupakan Bagian dari Budaya dan Tradisi
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Alkhairaat, Jamaluddin Mariadjang, dengan tegas menyatakan dukungan terhadap wacana libur Ramadhan, yang dinilai sangat selaras dengan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia dalam mengutamakan pendidikan agama di bulan suci.
Menurutnya, libur Ramadhan bukan berarti siswa tidak belajar, melainkan memberikan kesempatan untuk fokus pada kegiatan yang memperkuat karakter dan spiritualitas, seperti tadarus Al-Qur'an dan kajian keagamaan, yang lebih relevan dibandingkan pembelajaran akademik.
Jamaluddin menegaskan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berorientasi pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan akhlak dan moral. Dengan meliburkan sekolah selama Ramadhan, kita seakan kembali ke akar kultur yang telah lama terjalin dalam sejarah bangsa, dan ini adalah momentum yang tepat untuk mendekatkan siswa pada nilai-nilai keagamaan yang luhur. "Sebenarnya, tidak ada pro dan kontra dalam hal ini," katanya, seperti dilaporkan ANTARA.
5. Alternatif Solusi untuk Keseimbangan
Dalam upaya memenuhi kebutuhan semua pihak selama bulan suci Ramadan, para ahli pendidikan telah mengusulkan berbagai solusi menarik. Salah satunya adalah dengan merombak jadwal belajar, seperti memperpendek durasi pelajaran dan mengintegrasikan program pendidikan agama di sekolah.
Tak hanya itu, sekolah juga bisa menggelar kegiatan ekstrakurikuler bertema Ramadan, seperti pesantren kilat dan literasi keagamaan, yang diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara pencapaian akademik dan penguatan nilai spiritual.
Pemerintah diharapkan segera melakukan kajian mendalam untuk merumuskan kebijakan yang paling tepat, dengan kolaborasi antara Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, dan pihak terkait lainnya sebagai kunci keberhasilan.
"Libur Ramadan bukan sekadar waktu bersantai, melainkan momen untuk memperdalam spiritualitas," ungkap Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Suhud Alynudin.
6. Apa alasan wacana libur sekolah selama Ramadan mencuat?
Usulan ini hadir sebagai upaya untuk memberi kesempatan kepada para siswa agar dapat lebih mendalami dan menjalani kegiatan keagamaan dengan khusyuk selama bulan suci yang penuh berkah ini.
7. Apa dampak negatif dari libur Ramadan selama sebulan?
Dampak negatif yang muncul mencakup hilangnya kesempatan belajar, lemahnya pengawasan terhadap anak-anak, serta meningkatnya risiko penggunaan gadget secara berlebihan.
8. Apakah ada alternatif selain libur penuh selama Ramadan?
Sebagai solusi yang menarik, berbagai alternatif telah disiapkan, seperti penyesuaian jadwal belajar yang lebih fleksibel, penyelenggaraan pesantren kilat yang padat dan bermanfaat, serta kegiatan literasi keagamaan yang menambah wawasan dan kedalaman spiritual.
9. Siapa yang mendukung wacana libur Ramadan?
Kelompok Alkhairaat menyambut baik wacana ini, menganggapnya selaras dengan kekayaan budaya dan tradisi keagamaan yang melekat dalam masyarakat Indonesia.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/srr)
Shani Ramadhan Rasyid
Advertisement