Nama Asli Sunan Giri: Raden Paku dan Perjalanan Hidup Wali Songo yang Menginspirasi
Diterbitkan:

nama asli sunan giri
Kapanlagi.com - Nama asli Sunan Giri adalah Raden Paku, yang juga dikenal dengan sebutan Muhammad Ainul Yaqin. Beliau merupakan salah satu tokoh Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa Timur, khususnya di wilayah Gresik.
Sunan Giri lahir pada tahun 1443 di Blambangan (Banyuwangi) sebagai putra dari Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu. Perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku menjadikannya sosok yang inspiratif dalam sejarah Islam Nusantara.
Mengutip dari Ensiklopedi Budaya Islam Nusantara yang diterbitkan oleh Tim Kementerian Agama, Sunan Giri digambarkan sebagai tokoh yang memiliki peran besar dalam proses Islamisasi di Jawa dan wilayah luar Jawa melalui Pesantren Giri yang didirikannya.
Advertisement
1. Identitas dan Nama-Nama Sunan Giri
Nama asli Sunan Giri yang sebenarnya adalah Muhammad Ainul Yaqin, namun ia lebih dikenal dengan sebutan Raden Paku. Selain kedua nama tersebut, beliau juga memiliki beberapa nama lain yang digunakan dalam berbagai periode kehidupannya. Nama Joko Samudro diberikan ketika ia masih kecil oleh ibu angkatnya, Nyi Ageng Pinatih, seorang saudagar kaya di Gresik yang mengasuhnya setelah ditemukan di laut.
Gelar Sunan Giri sendiri berasal dari tempat di mana ia mendirikan pesantren, yaitu di bukit Giri yang terletak di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik. Dalam bahasa Jawa, kata "Giri" berarti gunung, sehingga nama ini merujuk pada lokasi geografis tempat beliau berdakwah. Nama lain yang juga dikenal adalah Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, dan Raden Ainul Yaqin yang merupakan gelar kehormatan yang diberikan karena kedalaman ilmu agamanya.
Perubahan nama dari Joko Samudro menjadi Raden Paku terjadi ketika ia berusia 7 tahun dan dititipkan ke Pesantren Ampeldenta untuk belajar kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel yang melihat potensi besar dalam diri anak didiknya ini kemudian memberikan nama Raden Paku dan kemudian gelar Maulana Ainul Yaqin setelah melihat kecerdasannya dalam menyerap berbagai disiplin ilmu agama.
Melansir dari Tradisi & Kebudayaan Nusantara karya Sumanto Al Qurtuby & Izak Y.M. Lattu, nama-nama yang dimiliki Sunan Giri mencerminkan perjalanan spiritual dan intelektualnya dalam mendalami ajaran Islam serta perannya sebagai penyebar agama di tanah Jawa.
2. Silsilah dan Asal Usul Keluarga
Silsilah nama asli Sunan Giri yaitu Raden Paku dapat ditelusuri dari kedua orang tuanya yang memiliki latar belakang mulia. Ayahnya, Syekh Maulana Ishaq, adalah seorang mubalig Islam dari Asia Tengah yang merupakan putra dari Syekh Jumadil Kubro. Silsilah dari pihak ayah ini tersambung dengan Rasulullah SAW melalui jalur Husein, putra Sayyidah Fatimah ra.
- Jalur Ayah (Maulana Ishaq) - Berasal dari keluarga ulama besar Asia Tengah dengan silsilah yang tersambung hingga Rasulullah SAW melalui Husein bin Ali bin Abi Thalib.
- Jalur Ibu (Dewi Sekardadu) - Putri Raja Blambangan, Bhre Wirahbumi yang merupakan putra Maharaja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit periode 1350-1389 M.
- Hubungan dengan Wali Songo Lain - Melalui pernikahannya dengan Mas Murtosiyah, putri Sunan Ampel, ia menjadi menantu dari salah satu Wali Songo terkemuka.
- Keturunan Majapahit - Dari pihak ibu, Sunan Giri memiliki darah biru kerajaan Majapahit yang memberikannya legitimasi sosial di mata masyarakat Jawa.
- Perpaduan Budaya - Silsilahnya yang menggabungkan unsur Arab, Asia Tengah, dan Jawa mencerminkan karakter kosmopolitan Islam Nusantara.
Pernikahan orang tuanya sendiri merupakan simbol pertemuan antara Islam dan budaya lokal Jawa. Namun, hubungan ini mengalami kendala ketika Bhre Wirahbumi menolak ajakan Maulana Ishaq untuk masuk Islam, yang akhirnya menyebabkan Maulana Ishaq diusir dari Blambangan dan kembali ke Pasai, Aceh.
3. Masa Kecil dan Pendidikan
Masa kecil Raden Paku, nama asli Sunan Giri, diwarnai dengan peristiwa dramatis yang membentuk karakternya di kemudian hari. Ketika masih bayi, ia dibuang ke laut oleh kakeknya sendiri, Bhre Wirahbumi, karena dianggap membawa kutukan berupa wabah penyakit di kerajaan Blambangan. Bayi yang dimasukkan dalam peti besi ini kemudian ditemukan oleh awak kapal milik Nyi Ageng Pinatih, seorang saudagar kaya di Gresik.
Nyi Ageng Pinatih yang terkesima dengan cahaya yang memancar dari bayi tersebut memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak dan memberikan nama Joko Samudra. Pengasuhan yang penuh kasih sayang dari ibu angkatnya ini memberikan fondasi yang kuat bagi perkembangan kepribadian Sunan Giri. Sebagai anak seorang saudagar, ia mendapat pendidikan yang baik dan terbiasa dengan kehidupan perdagangan yang nantinya akan membantunya dalam menyebarkan Islam.
Pada usia 7 tahun, atas permintaan Joko Samudra sendiri, ia dibawa ke Pesantren Ampeldenta untuk berguru kepada Sunan Ampel. Di sinilah namanya diganti menjadi Raden Paku dan ia mulai mendalami berbagai disiplin ilmu agama seperti Al-Quran, Hadits, Fikih, dan Tasawuf. Kecerdasan luar biasa yang ditunjukkannya dalam menyerap ilmu agama membuat Sunan Ampel memberikan gelar Maulana Ainul Yaqin kepadanya.
Pendidikan formalnya dilanjutkan dengan perjalanan ke Tanah Suci bersama Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) untuk menunaikan ibadah haji. Namun, perjalanan ini sempat tertunda karena mereka singgah di Pasai, Aceh, untuk memperdalam ilmu agama kepada Syekh Maulana Ishaq yang ternyata adalah ayah kandung Raden Paku sendiri.
4. Pendirian Pesantren Giri Kedaton
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Pasai, Raden Paku yang kini telah dewasa dan bergelar nama asli Sunan Giri kembali ke Jawa dengan membawa misi khusus dari ayahnya. Ia diminta untuk mencari lokasi yang jenis tanahnya sama dengan tanah yang diberikan sang ayah sebagai petunjuk tempat yang ideal untuk berdakwah. Pencarian ini dilakukan sambil melakukan kegiatan perdagangan yang telah dipelajarinya dari ibu angkatnya.
Ekspedisi perdagangan yang dilakukannya tidak hanya terbatas di wilayah Jawa, tetapi juga ke daerah-daerah lain seperti Makassar. Dalam setiap perjalanan dagangnya, ia selalu menyempatkan diri untuk berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat. Metode dakwah sambil berdagang ini terbukti efektif karena dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat.
Setelah melakukan munajat selama 40 hari, ia akhirnya menemukan lokasi yang sesuai dengan petunjuk ayahnya di sebuah perbukitan pada tahun 1480 M. Tempat inilah yang kemudian diberi nama Giri, yang dalam bahasa Sanskerta berarti gunung. Di lokasi ini, Sunan Giri mendirikan pesantren yang kemudian dikenal sebagai Pesantren Giri Kedaton.
Pesantren Giri berkembang pesat dan menjadi salah satu pusat penyebaran Islam terpenting di Jawa. Pengaruhnya tidak hanya terbatas di Jawa Timur, tetapi meluas hingga ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Sulawesi, dan Maluku. Keberhasilan ini membuat Sunan Giri mendapat julukan sebagai "Raja dari Bukit Giri".
5. Metode Dakwah dan Karya
Metode dakwah yang diterapkan oleh nama asli Sunan Giri yaitu Raden Paku sangat beragam dan inovatif untuk zamannya. Selain melalui pendidikan formal di pesantren, ia juga menggunakan pendekatan kesenian dan permainan tradisional untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. Pendekatan ini terbukti efektif karena tidak menimbulkan resistensi dari masyarakat yang masih kental dengan tradisi Hindu-Buddha.
- Pendidikan Pesantren - Mendirikan sistem pendidikan Islam yang terstruktur dengan kurikulum yang komprehensif mencakup ilmu agama dan ilmu umum.
- Permainan Anak-anak - Menciptakan permainan tradisional seperti Jelungan, Jor, Gula-ganti, Lir-ilir, dan Cublak Suweng yang mengandung nilai-nilai Islam.
- Seni Musik - Mengembangkan gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung yang berisi ajaran moral dan spiritual.
- Perdagangan - Memanfaatkan jaringan perdagangan untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah Nusantara.
- Diplomasi - Menggunakan pendekatan politik dan diplomasi untuk membangun hubungan baik dengan penguasa lokal.
Karya-karya seni tradisional Jawa yang dikaitkan dengan Sunan Giri menunjukkan kedalaman pemahamannya terhadap budaya lokal. Ia tidak berusaha menghapus tradisi yang sudah ada, melainkan mengisinya dengan nilai-nilai Islam. Pendekatan ini mencerminkan kebijaksanaan dalam berdakwah yang tidak memaksakan perubahan secara radikal.
Menurut Ensiklopedi Budaya Islam Nusantara, Pesantren Giri pada masa kemudian dapat menggantikan kedudukan Pesantren Ampel Denta setelah Sunan Ampel wafat, dan Sunan Giri tampil menjadi pemuka para Wali Sembilan serta pemimpin spiritual-keagamaan.
6. Warisan dan Pengaruh
Warisan nama asli Sunan Giri dalam sejarah Islam Nusantara sangat besar dan berkelanjutan. Pesantren Giri yang didirikannya menjadi model bagi pengembangan pesantren-pesantren lain di seluruh Nusantara. Sistem pendidikan yang dikembangkannya menggabungkan ilmu agama dengan ilmu praktis yang dibutuhkan masyarakat, seperti pertanian, perdagangan, dan kerajinan.
Pengaruh politik Giri Kedaton juga sangat signifikan dalam sejarah Jawa. Kerajaan Giri yang berkembang dari pesantren ini menguasai daerah Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi. Kekuasaan ini berlangsung hingga akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung dari Mataram, namun pengaruh spiritualnya tetap bertahan hingga kini.
Perjuangan dakwah Sunan Giri dilanjutkan oleh keturunannya, terutama Pangeran Zainal Abidin atau Sunan Dalem yang bergelar Sunan Giri II. Puncak kejayaan Giri terjadi pada masa Pangeran Pratikha yang dikenal dengan nama Sunan Prapen. Ia melanjutkan dakwah Islam ke berbagai daerah seperti Kutai, Goa, Sumbawa, Bima, Lombok, bahkan hingga ke Maluku.
Makam Sunan Giri yang terletak di bukit Giri, Dusun Kedaton, Desa Giri Gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, hingga kini masih menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi. Kompleks makam ini tidak hanya menjadi tempat spiritual, tetapi juga pusat pembelajaran sejarah Islam Nusantara.
7. FAQ (Frequently Asked Questions)
Apa nama asli Sunan Giri yang sebenarnya?
Nama asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin, namun ia lebih dikenal dengan sebutan Raden Paku. Nama Joko Samudro diberikan ketika ia masih kecil oleh ibu angkatnya, sedangkan gelar Sunan Giri berasal dari tempat ia mendirikan pesantren di bukit Giri.
Mengapa Sunan Giri memiliki banyak nama?
Sunan Giri memiliki banyak nama karena setiap nama mencerminkan periode dan peran yang berbeda dalam hidupnya. Joko Samudro adalah nama masa kecil, Raden Paku nama saat belajar di pesantren, Muhammad Ainul Yaqin adalah nama asli, dan Sunan Giri adalah gelar berdasarkan tempat dakwahnya.
Siapa orang tua dari Sunan Giri?
Ayah Sunan Giri adalah Syekh Maulana Ishaq, seorang mubalig dari Asia Tengah, sedangkan ibunya adalah Dewi Sekardadu, putri Raja Blambangan Bhre Wirahbumi. Pernikahan ini melambangkan pertemuan antara Islam dan budaya Jawa.
Di mana Sunan Giri mendirikan pesantrennya?
Sunan Giri mendirikan pesantren di bukit Giri, yang terletak di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada tahun 1480 M. Pesantren ini kemudian berkembang menjadi Giri Kedaton yang menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa Timur dan wilayah lainnya.
Apa hubungan Sunan Giri dengan Wali Songo lainnya?
Sunan Giri memiliki hubungan erat dengan Wali Songo lainnya. Ia adalah murid Sunan Ampel dan kemudian menjadi menantunya setelah menikah dengan Mas Murtosiyah. Ia juga memiliki hubungan persahabatan dengan Sunan Bonang yang merupakan teman seperjalanannya ke Tanah Suci.
Bagaimana metode dakwah yang digunakan Sunan Giri?
Sunan Giri menggunakan berbagai metode dakwah yang inovatif, termasuk pendidikan pesantren, kesenian tradisional, permainan anak-anak, perdagangan, dan diplomasi. Pendekatannya yang akomodatif terhadap budaya lokal membuat dakwahnya diterima dengan baik oleh masyarakat.
Kapan Sunan Giri wafat dan di mana ia dimakamkan?
Sunan Giri wafat pada awal abad XVI dan dimakamkan di bukit Giri, Dusun Kedaton, Desa Giri Gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Makamnya hingga kini masih menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
(kpl/thy)
Fathiya Rizkyna Deinis
Advertisement