Hantu Pencabulan Anak (2)
Kasus Pencabulan Masih Kurang Perhatian Pemerintah?
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Kasus pencabulan terhadap anak kembali menjadi perhatian masyarakat. Kasus seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Namun jadi pusat perhatian semua pihak karena terjadi di sekolah khusus ekspatriat. Di sisi lain, sanksi yang dijatuhkan pada pelaku tidak maksimal sehingga kejadian serupa kembali muncul. Padahal bila hukuman diputuskan secara maksimal akan membuat jera pelaku. Benarkah demikian?
Pakar hukum pidana Agustinus Pohan menegaskan bahwa payung hukum bagi pelaku pencabulan anak sudah ada dan serius. Tapi dalam putusan persidangan cukup memprihatinkan.
"Sanksi serius sudah ada di UU Perlindungan Anak. Namun kenyataan keputusan pengadilan membuat prihatin. Seperti pemerkosa terhadap anak oleh pelaku hukum hanya tiga tahun. Itu sangat ringan," jelasnya.
Di sisi lain, permasalahan kasus ini bukan sekedar sanksi ringan semata. Melainkan ada tidaknya perhatian semua pihak pada persoalan tersebut. Agustinus melihat hal demikian masih kurang.
"Sebenarnya masalah ini bukan sanksi yang dijatuhkan ringan saja tapi konsen dari masyarakat, pemerintah, penegakan hukum terhadap perlindungan anak. Saya lihat ini masih kurang. Memang dalam kegiatan politik belakang ini ada yang bawa-bawa persoalan anak seolah perhatian. Tetapi itu bukan dari hati yang dalam,” katanya.
Agustinus menambahkan kasus persetubuhan dengan anak banyak terjadi di berbagai tempat. Namun lagi-lagi tidak mendapat perhatian terutama dalam proses hukum. Karena itu ia meminta peran media turut serta. Bahkan kasus yang kembali heboh diduga karena tempat kejadian merupakan sekolah internasional.
"Sebetulnya banyak terjadi, kebetulan kejadian di JIS dan baru dilanjuti dengan penegakan hukum. Sehingga timbul anggapan tidak serius karena hanya di Jakarta saja penindakan dilakukan. Sementara kalau terjadi di daerah tak dapat perhatian serius. Mestinya kejadian di manapun jadi perhatian dan ditindaklanjuti. Sehingga hal ini tak terjadi lagi," paparnya.
Sementara itu orangtua yang menyerahkan pendidikan pada sekolah sudah sepatutnya khawatir. Apalagi jika pihak sekolah tidak memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan pada anak.
"Jaminan dari sekolah itu harus ada! Di manapun sekolah itu. Kalau tidak ada, berarti sistem yang tak benar. Malah sekolah juga mesti menjamin keselamatan tak hanya di sekolah tapi selama perjalanan menuju dan pulang sekolah. Untuk ini sejauh mana pemerintah perhatian," terang Agustinus.
Sedangkan artis Tata Liem mengaku bingung dengan orientasi seks pelaku. Pasalnya korban pelaku masih anak-anak. Karena itu ia meyakini pelaku mengalami gangguan kejiwaan.
Tata Liem @foto: KapanLagi.com®
"Aku juga bingung kok bisa laki-laki seperti itu orientasi seksualnya sama anak-anak. Ini sangat sakit jiwa sekali menurutku," jelasnya.
Bahkan ia juga meminta pemerintah untuk memeriksa kembali lembaga pendidikan tersebut. Sebab beredar kabar jika tingkat Taman Kanak Kanak di sekolah itu belum mendapat izin.
"Jangan-jangan izinnya juga gak jelas tuh sekolah berdiri di negara kita? Sekolah bertaraf international itu kan pasti mahal daripada sekolah pemerintah atau negeri tapi kok bisa hal memalukan seperti ini terjadi? Seharusnya mereka bisa bertanggungjawab terhadap keluarga korban juga. Apalagi JIS katanya juga belum jelas izin mendirikan sekolah TK. Aduh memalukan sekali. Kok hal kayak gini dibiarkan? Pemerintah harus tegas dengan sekolah ini dan pelakunya di hukum mati saja, itu lebih baik," urainya geram.
Pakar hukum pidana Agustinus Pohan menegaskan bahwa payung hukum bagi pelaku pencabulan anak sudah ada dan serius. Tapi dalam putusan persidangan cukup memprihatinkan.
"Sanksi serius sudah ada di UU Perlindungan Anak. Namun kenyataan keputusan pengadilan membuat prihatin. Seperti pemerkosa terhadap anak oleh pelaku hukum hanya tiga tahun. Itu sangat ringan," jelasnya.
Di sisi lain, permasalahan kasus ini bukan sekedar sanksi ringan semata. Melainkan ada tidaknya perhatian semua pihak pada persoalan tersebut. Agustinus melihat hal demikian masih kurang.
"Sebenarnya masalah ini bukan sanksi yang dijatuhkan ringan saja tapi konsen dari masyarakat, pemerintah, penegakan hukum terhadap perlindungan anak. Saya lihat ini masih kurang. Memang dalam kegiatan politik belakang ini ada yang bawa-bawa persoalan anak seolah perhatian. Tetapi itu bukan dari hati yang dalam,” katanya.
Agustinus menambahkan kasus persetubuhan dengan anak banyak terjadi di berbagai tempat. Namun lagi-lagi tidak mendapat perhatian terutama dalam proses hukum. Karena itu ia meminta peran media turut serta. Bahkan kasus yang kembali heboh diduga karena tempat kejadian merupakan sekolah internasional.
"Sebetulnya banyak terjadi, kebetulan kejadian di JIS dan baru dilanjuti dengan penegakan hukum. Sehingga timbul anggapan tidak serius karena hanya di Jakarta saja penindakan dilakukan. Sementara kalau terjadi di daerah tak dapat perhatian serius. Mestinya kejadian di manapun jadi perhatian dan ditindaklanjuti. Sehingga hal ini tak terjadi lagi," paparnya.
Sementara itu orangtua yang menyerahkan pendidikan pada sekolah sudah sepatutnya khawatir. Apalagi jika pihak sekolah tidak memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan pada anak.
"Jaminan dari sekolah itu harus ada! Di manapun sekolah itu. Kalau tidak ada, berarti sistem yang tak benar. Malah sekolah juga mesti menjamin keselamatan tak hanya di sekolah tapi selama perjalanan menuju dan pulang sekolah. Untuk ini sejauh mana pemerintah perhatian," terang Agustinus.
Sedangkan artis Tata Liem mengaku bingung dengan orientasi seks pelaku. Pasalnya korban pelaku masih anak-anak. Karena itu ia meyakini pelaku mengalami gangguan kejiwaan.

"Aku juga bingung kok bisa laki-laki seperti itu orientasi seksualnya sama anak-anak. Ini sangat sakit jiwa sekali menurutku," jelasnya.
Bahkan ia juga meminta pemerintah untuk memeriksa kembali lembaga pendidikan tersebut. Sebab beredar kabar jika tingkat Taman Kanak Kanak di sekolah itu belum mendapat izin.
"Jangan-jangan izinnya juga gak jelas tuh sekolah berdiri di negara kita? Sekolah bertaraf international itu kan pasti mahal daripada sekolah pemerintah atau negeri tapi kok bisa hal memalukan seperti ini terjadi? Seharusnya mereka bisa bertanggungjawab terhadap keluarga korban juga. Apalagi JIS katanya juga belum jelas izin mendirikan sekolah TK. Aduh memalukan sekali. Kok hal kayak gini dibiarkan? Pemerintah harus tegas dengan sekolah ini dan pelakunya di hukum mati saja, itu lebih baik," urainya geram.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/dis/adb)
Editor:
Adhib Mujaddid
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement