Benyamin, Legenda Betawi
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Oleh: Darmadi Sasongko
Saat fase usia remaja, Benyamin S memiliki kisah asmara percintaan. Dia menjalin pertemanan spesial dengan perempuan cantik bernama Nonni, teman sekampungnya. Saat itu usianya 19 tahun dan baru lulus SMA, sementara si gadis pujaan hati kelas 2 naik ke kelas 3.
Ben berusaha mendapatkan hati dari sang pujaan hatinya. Dia setiap hari setia menemui di depan sekolahan. Tidak seberapa lama Ben pun berhasil meluluhkan hati Nonni. Tapi sayang, hubungan mereka tidak mendapat restu dari orang tua sang gadis, sehingga harus berjalan diam-diam.
Lama kelamaan hubungan mereka tercium oleh ibunda Ben, Siti Aisyah dan akhirnya disarankan untuk segera menikahi Nonni. Sekitar setahun setelah jadian, mereka dinikahkan. Di zaman dulu memang tabu ada anak gadis yang 'dekat-dekat' dengan pria. Sehingga para orang tua memilih segera menikahkannya. Agar tidak terjadi fitnah.

Namun proses mereka ke pelaminan, terlebih dulu menghadapi ujian panjang. Lamaran Ben ditolak oleh ayah tiri Nonni, dengan berbagai alasan, salah satunya karena pekerjaan yang belum mapan. Sementara Ben sendiri terlanjur mantap dan disetujui ibunya untuk menikahi Nonni.
Ben tidak patah arang meski ditolak mentah-mentah, beberapa waktu kemudian bersama keluarganya kembali datang melamar ke rumah keluarga Nonni. Lamaran kedua pun sama, kembali ditolak. Bahkan saat itu, pihak keluarga Nonni menyampaikan kalau putrinya sudah dilamar orang lain.
Setelah dua kali lamarannya ditolak, pemuda Ben gundah gulana. Tentu tak berbeda dengan para pemuda zaman sekarang, hanya beda situasi dan lingkungan saja. Api asmaranya tetap tidak padam untuk mendapatkan Nonni. Justru akhirnya dia nekad main culik anak orang, Nonni dibawa kabur dari rumah orang tuanya.
Dua sejoli itu kabur dari rumah. Mereka kemudian mendatangi ayah kandung Nonni, Babe Sani di Serpong memaksa minta untuk dinikahkan. Babe Sani lebih kooperatif, bisa memahami perasaan anak muda dan menyetujui hubungan mereka. Keduanya pun akhirnya dinikahkan di usia Nonni 19 tahun dan Ben lebih tua satu tahun. Pernikahan dilangsungkan di rumah Babe Sani sebagai pihak perempuan.

Prosesi pernikahan mereka dirayakan dengan meriah, seperti pernikahan-pernikahan Betawi saat itu. Sebagai mas kawin, uang senilai Rp. 1000,- (Seribu Rupiah). Usai menikah mereka diarak keliling Kampung, Kebon Karet, Serpong dengan menggunakan tandu.
Pasca menikah kehidupan Benyamin dan Nonni sangat sederhana, namun didasari cinta dan suka sama suka. Mereka semula tinggal dengan Babe Sani, bekerja apa adanya, termasuk berjualan roti. Namun setelah lahir anak pertama, Beib Benyamin, mereka pindah di rumah yan tidak jauh dari rumah orang tuanya.
Baca Juga:
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/dar)
Darmadi Sasongko
Advertisement