Maestro Balet Indonesia Farida Oetoyo Tutup Usia

Penulis: Darmadi Sasongko

Diperbarui: Diterbitkan:

Maestro Balet Indonesia Farida Oetoyo Tutup Usia Farida Oetoyo @Youtube.com/Kampus_IKJ

Kapanlagi.com - Indonesia kembali berduka, Minggu pukul 03.49 WIB pagi tadi, maestro balet Farida Oetoyo meninggal dunia pada usia 75 tahun. Almarhumah yang merupakan ibu dari drummer Wong Aksan meninggal karena serangan jantung hari ini.
Almarhumah telah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan sekitar pukul 13.00 WIB.
Titi Rajo Bintang, mantan menantu almarhum juga nampak hadir saat prosesi pemakaman berlangsung. Titi terlihat tak henti-hentinya mengeluarkaan air mata saat jenazah dikuburkan.

Wong Aksan @ KapanLagi.comWong Aksan @ KapanLagi.com


Amara Nira Lalita, sepupu Aksan mengatakan kalau kesehatan almarhumah memang sudah lama menurun.
"Beliau sakit jantung, untuk detail harus tanya ke Aksan. Tadi malam jam 1 mulai kondisi mulai memburuk, tekanan darah drop," ucap Amira.
Almarhumah lahir di Solo, Jawa Tengah pada 7 Juli 1939. Sejak kecil menyukai dunia balet. Pada usia remaja, dia mendapat beasiswa untuk menimba ilmu di Akademi Balet Bolshoi Moskwa, Rusia.
Farida membuka sekolah balet bernama 'Nritya Sundara' bersama rekannya, Yulianti Parani, di Jakarta pada 1957. Usaha ini memicu perkembangan balet di tanah air. Setidaknya dua nomor balet berlabel Rama dan Shinta dan Gunung Agung Meletus merupakan karya terbaiknya, karya besar lainnya adalah balet Carmina Burana, Putih-Putih dan Daun Fulus.
Karena kecintaan yang amat sangat terhadap dunia balet, dia mendirikan lagi sebuah sekolah balet bernama Sumber Cipta, di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Selain menjadi kepala sekolah dan direktur artistik sekolah itu, dia pun memimpin grup tarinya, Kreativitt Dance Indonesia.
Farida pernah juga mencicipi dunia akting dalam blantika film nasional. Dia sempat membintangi beberapa film layar lebar karena diajak suaminya. Beberapa film dibintangi Farida adalah Perawan di Sektor Selatan (1971), Apa Jang Kau Tjari, Palupi? (1969), Dendam Si Anak Haram (1972), Lingkaran Setan (1972) dan Bumi Makin Panas (1973).

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

(kpl/aal/dar)

Reporter:

Sahal Fadhli

Rekomendasi
Trending