Idris Sardi Sang Maestro
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Oleh: Darmadi Sasongko
Setiap kali tampil, para pemain biola rata-rata berpenampilan rapi dengan dasi dan jas warna hitam. Mereka selalu necis, lengkap dengan sepatu hitam yang mengkilap, apalagi saat berada di panggung konser sebuah orkestra. Pokoknya semua serba rapi dan seragam.
Maestro biola Indonesia Idris Sardi sengaja melawan arus. Musisi yang berpulang pada Senin, 28 April 2014 itu menanggalkan jas, dasi dan sepatu hitamnya, beralih memproklamirkan diri wajib memakai sarung. Sedikit aneh, tapi memang itulah yang kita saksikan hingga akhir hayatnya.
Tercatat, sejak konser 50 tahun karirnya sebagai musisi bertajuk Gelar Terima Kasih Persembahan Idris Sardi 2003 pada 18 Juni 2003, Idris 'berjanji' tidak akan menanggalkan sarung di setiap konsernya. Hari itu menjadi titik balik perjalanan spiritualnya sekaligus tonggak perubahan penampilannya.

"Apa yang saya dapat ini adalah berkah dari Allah. Dan, saya akan mengembalikan semua ini kepata Tuhan dan bangsa," kata Idris Sardi menjelang konser sebagaimana ditulis dalam Buku Idris Sardi, Perjalanan Maestro Biola Indonesia karya Fadli Zon.
Saat itu, bahkan hingga kini, sarung sebagai pakaian serba guna, yang bisa dipakai untuk segala situasi. Semua usia memakainya, karena biasa untuk pakaian salat lima waktu. Para santri di pesantren biasanya juga diwajibkan memakai sarung. Idris memilih pakaian yang sudah menjadi icon Indonesia itu sebagai identitas pribadinya.
Hanya saja sarung yang dikenakan Idris sedikit dimodifikasi dengan alasan fashionable. Thomas Siregar, perancang busana internasional mendesain secara khusus sarung berbahan sutera tenun tangan dengan motif etnik khas Indonesia. Sarung ini lebih menyerupai rok yang dijahit seukuran lingkar pinggang dan dilengkapi aksesoris berupa kancing. Saat bersarung Idris biasa melengkapi dengan celana tiga perempat.

Sejak saat itu Idris berburu sarung, pergi ke pelosok-pelosok Yogyakarta untuk mencari bahan yang bagus dan disukainya. Ketika jalan-jalan juga dimanfaatkan untuk mencari-cari bahan yang cocok untuk sarung konser maupun untuk kesehariannya.
"Dengan memakai sarung, saya lebih bebas bergerak terutama pada saat saya mau mengambil air wudhu," ungkap Idris Sardi sambil tersenyum.
Baca Juga:
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/dar)
Darmadi Sasongko
Advertisement