EksKLusive Column Mei - Week II
KapanLagi.com®
Kapanlagi.com - Kekerasan dan bullying seolah tanpa henti terus terjadi. Padahal pihak terkait telah menegur, bahkan memberikan peringatan pada sekolahan yang melakukan tindakan tersebut. Memang kekerasan dan bullying dapat terjadi di mana saja, tapi lagi-lagi lokasi pendidikan menjadi salah satu tempat yang rentan.
Beragam opini beredar. Kenapa terjadi kekerasan dan bullying? Sebagai bentuk pengenalan junior pada tempat baru? Hukuman kesalahan yang dilakukan junior? Atau malah karena aksi tersebut telah menahun sejak lama? Tak sedikit pula pendapat yang menentang opini-opini itu.
Delon Thamrin tidak habis pikir mengapa kekerasan dan bullying masih saja terjadi di tempat pendidikan. Pasalnya saat ini bukan zamannya lagi aksi tersebut dilakukan.
"Sekarang sudah nggak zaman semena-mena kayak gitu. Kalau dulu, mereka berkuasa, junior bisa dikerjain. Tapi sekarang sudah ada omongan nggak seperti itu lagi. Mungkin karena mereka senior, susah juga. Kalau kita lawan, kita digaplok," jelasnya.
Ia sendiri tak tahu persis kenapa hal ini masih terjadi. Apakah karena tradisi yang turun temurun atau karena hal lain. Yang pasti, apa yang diperbuat senior merupakan tindakan yang tak dapat ditolerir.
"Saya pikir kurang pengawasan, sehingga menimbulkan semena-mena," lanjutnya pendek.
Jebolan Indonesia Idol season I ini berpendapat, ada hal lain yang bisa diperbuat senior dalam menangani junior. Apalagi jika dikaitkan dengan pengenalan tempat baru. Delon menjamin bila hal tersebut dijalankan, junior akan lebih respect terhadap senior.
"Senior nggak usah semena-mena. Kalau mau di-respect junior, berlaku sopan, pasti di-respect. Tapi kalau kayak gini malah tambah musuh. Jadi memang harus diubah, entah peraturan sekolah atau kesadaran diri dari senior," sambungnya.
Delon juga mengaku pernah mengalami berhadapan dengan senior, namun tak sampai mendapat perlakukan kekerasan dan bullying. Jika misalnya sampai ke arah sana, ia pun pasti akan melawan.
"Pernah tapi senior nggak semena-mena. Paling hanya diminta bawa balon, tali rafia, apa lah. Gak terlalu bentak-bentak. Gak ke fisik. Kalau ke fisik, entar gue lawan lagi dong. Saya pikir itu ospek biasa, saya aja gak dibotakin. Jadi gak terlalu parah seniornya," paparnya lagi.
Sementara Winda Viska menyesalkan kekerasan dan bullying yang kembali terjadi di lingkungan pendidikan. Karena itu semua pihak harus melihat persoalan ini secara cermat dan dicarikan jalan keluar terbaik.
"Cukup menyesalkan karena pendidikan harusnya mengajarkan sesuatu yang benar. Apalagi kita cikal bakal pemimpin bangsa masa depan dan terjun di masyarakat, tapi ternyata hal ini terjadi di sekolahnya. Memang tak terlepas dari pribadi anak-anak itu sendiri, kadang sudah diajar baik tapi tetap begitu. Kalau sampai terjadi berarti pengawasan parah banget," urainya panjang.
Ia sendiri hanya pernah dikerjai oleh senior saat masuk tempat pendidikan, namun tak sampai menjurus pada kekerasan. Karenanya jebolan Indonesia Idol ini menganggap wajar dikerjai seperti itu.
"Dulu sekolah SMP–SMA, standar kuncir dua, dikerjain standar. Saya cuma dikasi tahu sama kakak agar giat belajar karena nanti masuk sini, maka akan sibuk lagi. Waktu masuk juga gak ada kekerasan. Fisik, paling lari. Kan, nantinya kita butuh fisik yang kuat saat kuliah. Semua wajar banget," katanya lagi.
Namun demikian bukan berarti ia benar-benar tak mengalami tindakan tersebut. Pada dunia maya, pemeran Sascya di sitkom OB ini pernah merasakan bullying. Malah dirinya menyayangkan jika ia di-bully oleh anak kecil.
"Kalau bullying sosmed, pernah dan wajar. Wajarnya mengingat profesi, keadaan negara. Kadang dikomentari anak kecil dengan omongan kasar dan saya sedih, apakah dia gak diajarkan yang benar oleh orangtuanya," jelasnya.
Winda juga mengaku tak tahu memilih yang mana ketika ditanya, pilih di-bully secara fisik atau di dunia maya. Sebab kejadian kekerasan dan bullying yang masih terjadi sekarang disebabkan banyak faktor. Parahnya hal tersebut sering dimaklumi.
"Kalau bullying kan gak ada pilihan, mengarah ke negatif. Ya, kalau gue gak pilih yang mana-mana. Jangan sampai ada, bullying itu gak boleh. Menurut gue balik lagi ke pendidikan serta jaman yang mengalami perubahan modernisasi, ditambah saringan dari luar jebol, ya kejadian kayak gini. Jadi kayak ada pemakluman semua,” imbuh istri Mulyadi Tan ini kemudian tersenyum.
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
(kpl/dis/dew)
Advertisement
