[Review] 'THE PURGE: ANARCHY'
Saatnya Membunuh Tanpa Takut Dihukum
KapanLagi.com - Oleh: Abbas Aditya
Amerika Serikat mempunyai caranya sendiri untuk menanggulangi kemiskinan serta memperbaiki perekonomian negara. Pada tanggal 21 Maret setiap tahunnya, diadakan program The Purge di mana setiap warga selama 12 jam berkesempatan membunuh siapapun (kecuali para pejabat tinggi dan orang kaya) tanpa takut dihukum.Malangnya hari itu mobil yang dikendarai suami istri Shane dan Liz mogok di tengah jalan ketika jam untuk 'berpesta' dimulai. Keduanya pun berusaha menyelamatkan diri ketimbang menjadi santapan amarah.Di lain tempat Leo Barnes (
Frank Grillo) mempersiapkan diri untuk membunuh seseorang terkait kematian anak lelakinya. Namun di tengah perjalanan ia malah menyelamatkan ibu dan anak yang siap dibantai. Tiga orang ini kemudian bertemu dengan Shane dan Liz dan bersama-sama berjuang melewati malam berdarah di tengah kota yang mendadak mati.
ANARCHY merupakan sub judul dari sekuel
THE PURGE di mana film pertamanya rilis tahun lalu. Fitur yang naskahnya ditulis dan disutradarai oleh James DeMonaco ini memiliki premis yang gila dan orisinal. Namun tak jauh berbeda dengan
installment sebelumnya, James menjerumuskan ide tersebut dalam formula usang hingga membuat kegilaan hanya ada pada ekspektasi penonton.Bila pada film pertama yang memasang nama
Ethan Hawke bersetting di sebuah rumah, sekuelnya ini lebih
massive yakni jalanan kota tempat kelompok-kelompok haus darah melakukan aksinya tanpa ampun. Sayangnya, pada paruh durasi DeMonaco membabat kesenangan-kesenangan yang diharapkan pada tontonan jenis ini: darah dan hal-hal brutal.Beruntung film yang turut diproduseri oleh
Michael Bay tersebut masih mampu mempertahankan tensi ketegangan saat para protagonisnya dikejar-kejar oleh para pembunuh. Setidaknya ada sedikit perbaikan dilakukan DeMonaco mengingat film
THE PURGE yang tidak tayang di Indonesia, berjalan sangat membosankan dan antiklimaks.