Ayu Utami: Menulis Novel Bukan Media Mancari Uang
Kapanlagi.com - Ayu Utami, novelis perempuan terkemuka Indonesia yang dikenal dengan karya-karyanya yang berbau seks mengemukakan, dirinya menulis karya fiksi berupa novel bukan sebagai media untuk mencari uang.
"Jadi saya tidak sedih kalau novel saya selanjutnya tidak selaku karya yang pertama (Saman). Selain itu kalau orientasinya untuk menjadi terkenal akan menjadi beban, tapi kalau untuk eksplorasi bahasa, maka tidak akan ada masalah," katanya dalam sebuah seminar di Surabaya, Rabu (16/06).
Seminar berjudul Menjadi Kaya dengan Menulis yang diselenggarakan majalah Sektor, media kampus Fakultas Ekonomi Unair Surabaya itu juga menghadirkan Ketua PWI Jatim Dhimam Abror yang juga mantan Pimred Harian Jawa Pos.
Menurut Ayu, menulis adalah berfikir dan bersikap. Artinya apa yang ada dalam karya-karyanya merupakan sikap dan pola pikir yang dianutnya, termasuk pilihan hidupnya untuk tidak menikah.
Advertisement
Ia memberi contoh penulis yang melahirkan karya karena sikapnya, yakni Pramoedya Ananta Toer, Goenawan Muhammad, Rosihan Anwar dan Sutan Takdir Ali Syahbana.
"Meskipun demikian ada juga pengarang yang dihargai karena keterampilannya. Misalnya pekerja jurnalistik atau pengarang yang bekerja di industeri perfilman. Ada juga yang karena nasibnya baik. Contohnya, Moammar Emka dengan bukunya Jakarta Under Cover. Emka itu diuntungkan oleh konteks," katanya.
Ayu sendiri juga menempatkan dirinya sebagai pengarang yang diuntungkan oleh konteks, yakni karyanya menang dalam sebuah lomba di Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
"Setelah itu ada beberapa gosip tentang saya sehingga memunculkan keinginan banyak orang untuk membaca buku saya," katanya.
Mengenai judul dalam seminar itu, Ayu mengemukakan bahwa antara menulis dengan kaya itu sebetulnya sesuatu yang kontradiktif, karena khusus di Indonesia tidak sepenuhnya menjadi kenyataan. Menulis menjadi kaya hanya dialami oleh pengarang-pengarang di luar negeri.
"Meskipun demikian masalah kaya atau tidak itu relatif sekali melihatnya. Saya beri contoh buku Jakarta Under Cocer yang katanya laku sampai hampir 200.000 eksemplar. Kalau Muammar Emka dapat royalti Rp4.500 setiap buku, maka berapa yang didapat Emka keseluruhan?," katanya.
Selain soal pendapatan uang, katanya, seorang penulis juga bisa mendapatkan hal lain berupa ketenaran nama dan tawaran peran di tempat lain, seperti menjadi bintang iklan atau mendapatkan hadiah dari lembaga-lembaga yang peduli pada dunia sastra.
"Misalnya Emka menjadi presenter sebuah televisi swasta untuk liputan malam, Djenar Mahesa Ayu juga menjadi presenter, Dewi Lestari jadi bintang iklan. Saya sendiri ditawari iklan rokok tapi saya tolak karena tidak sesuai dengan sikap hidup. Saya yang tidak suka rokok," katanya.
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
(*/lpk)
Advertisement
