Sakit Sejak 2005, Ini Kronologi Penyakit Pak Bondan Winarno 'Maknyus'

Penulis: Mita Anandayu

Diperbarui: Diterbitkan:

Sakit Sejak 2005, Ini Kronologi Penyakit Pak Bondan Winarno 'Maknyus' Bondan Winarno © KapanLagi.com/Muhammad Akrom Sukarya

Kapanlagi.com - Presenter kuliner Bondan Winarno yang dikenal dengan jargon 'Pokoke Maknyus' meninggal dunia Rabu (29/11) jam 09.05 WIB di RS Harapan Kita Jakarta di usianya yang ke 67 tahun.


Melalui sebuah milis dari @jalansutra, Pak Bondan menyibak rahasia besar yang tidak pernah ia ungkap sebelumnya. Di situ beliau menceritakan kronologi penyakit yang ia derita sejak tahun 2005.


Dalam ceritanya, Pak Bondan mulai merasakan ujung-ujung jari tangan kanannya kesemutan di tahun 2005 dalam perjalanannya dari Singapura menuju Jakarta. Sejak itu ia disarankan segera menuju rumah sakit. Dalam kesimpulannya di pemeriksaan awal, cardiologist mengatakan pria kelahiran Surabaya ini mengalami penyumbatan arteri jantung. Namun, beda halnya dengan hasil pemeriksaan neurologist di rumah sakit yang sama yang mengatakan itu bukanlah penyakit jantung.


Pak Bondan ungkap kronologis penyakitnya melalui sebuah milis © twitter.com/arieparikesitPak Bondan ungkap kronologis penyakitnya melalui sebuah milis © twitter.com/arieparikesit



Pak Bondan kembali menjalani pemeriksaan kedua melalui rumah sakit yang berbeda. Namun dengan kesimpulan yang sama, cardiologist mengatakan ia harus kateterisasi segera mungkin. Kateterisasi jantung merupakan tindakan medis yang dirancang untuk mengetahui kondisi kesehatan jantung. Namun, sama halnya dengan neurologist yang lagi-lagi mengatakan bukan masalah jantung.Dalam kebimbangannya, Pak Bondan pun memutuskan untuk tidak menjalani kateteri dan hanya mengkonsumsi Plavix (pil pengencer darah) untuk menghindari penyumbatan arteri.


Setahun kemudian, diketahui melalui annual check up setelah Pak Bondan nyaris pingsan karena darah terlalu encer dan mengalami tekanan rendah, ia pun dikonfirmasi tidak mengidap penyakit jantung.


Beberapa tahun berlalu tepatnya April 2015, dalam pemeriksaannya di HSC Kuala Lumpur, ditemukan dilatasi (penggembungan) pada aorta (pembuluh darah besar di jantung). Kala itu dokter yang menangani beliau mengatakan perlu tiap tahun diawasi apakah membesar dan perlu tindakan operasi.


"Katanya: saya seperti membawa bom waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya," tulis Pak Bondan dalam milis tersebut.


Bahkan saat itu pria yang mengawali karir profesionalnya sebagai penulis dan wartawan ini pun disarankan untuk mengundang dokter bedah dari Jepang untuk dilakukan pembedahan yang membutuhkan biaya Rp 600-700 juta.


Bondan Winarno © KapanLagi.com/Muhammad Akrom SukaryaBondan Winarno © KapanLagi.com/Muhammad Akrom Sukarya


Setahun berlalu, Pak Bondan janjian dengan dokter yang sebelumnya ia temui di Kuala Lumpur, Dr Soo, namun sayangnya di hari tersebut Dr Soo harus dilarikan ke rumah sakit untuk operasi. Begitupun di tahun berikutnya dibulan yang sama yaitu April 2017, Dr Soo mendadak sakit saat ingin melakukan konsultasi mengenai penyakitnya.


Dalam kekecawaannya yang lagi-lagi tidak dapat menemui Dr Soo, Pak Bondan pun memutuskan untuk berkomunikasi dengan dokter lain, Dr Sindhi karena ia mengalami semacam pencerahan saat menikmati Penang setelah untuk kedua kalinya tidak bertemu dengan salah satu ahli kateter di Asia itu.


"Kenapa saya pasrahkan masalah kesehatan saya kepada orang yang bukan ahlinya?" pikirnya kala itu saat diungkapnya dalam paragraf ceritanya. Pak Bondan mengungkap Dr Soo bukanlah ahli aneurysm. Seketika itu komunikasinya dengan Dr Sindhi langsung dibanjiri dengan berbagai informasi bagus dan penting menurutnya.


Juli 2017, Dr Sindhi telah membuatkan janji dengan Dr Iwan Dakota, ahli vaskuler di RS Siloam Karawaci. Dalam pemeriksaannya, Dr Iwan menemukan masalah lain hanya dengan stetoskopnya.


"Katup aorta saya bocor. Saya diminta untuk segera ke PJN Harapan Kita keesokan harinya untuk pemeriksaan echo. Dalam pemeriksaan di Harkit, 65% confirmed bahwa katup aorta saya bocor. Saya kemudian menjalani TEE (endoscopy) untuk mendapatkan 90% konfirmasi. Demikianlah, dalam waktu singkat tim dokter Harkit menemukan kelainan lain yang perlu segera ditangani," ungkap Pak Bondan juga dikenal sebagai Komisaris Independen PT Tiga Pilar Sejahtera Food.


Selang beberapa bulan, tepatnya 27 September 2017, Pak Bondan menjalani dua operasi sekaligus, yaitu penggantian katup aorta dan penggantian aorta yang mengalami dilatasi.


Sayangnya, setelah operasi dinyatakan berhasil, Pak Bondan mengalami kejang-kejang dalam tidurnya. Menurutnya, dalam operasi besar seperti yang dialaminya, ada dua komplikasi yang akan terjadi, yaitu pendarahan dan aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Kejang-kejang yang dialaminya merupakan komplikasi aritmia, dan langsung dipasangi Temporary PaceMaker (TPM) sambil dimonitor penyebabnya.


Selamat jalan Pak Bondan © KapanLagi.comSelamat jalan Pak Bondan © KapanLagi.com


Namun, 72 jam pasca pemasangan TPM tidak tampak progress dari TPM. Dr Dicky Hanafy yang menangani aritmia pun memasangkan TPM di tempat lain, yakni di pangkal paha.


"Terus terang, saya ketakukan," ungkapnya. Namun selang beberapa jam denyut nadinya kembali normal.


Dalam milis yang ia rilis, beliau juga meminta doa untuk kesembuhannya. Namun, takdir berkata lain. Jenazah Pak Bondan akan dibawa ke rumah duka Jalan Bangsawan Raya Sentul City Rabu (29/11) siang. Selamat jalan Pak Bondan.




(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

(kpl/mit)

Editor:

Mita Anandayu

Rekomendasi
Trending