Seperti Apa Sih Kriteria Suami Baru Venna Melinda?

Diperbarui: Selasa, 12 Agustus 2014 17:56 WIB Diterbitkan: Selasa, 12 Agustus 2014 16:45 WIB

Venna Melinda © KapanLagi.com®

Kapanlagi.com - Venna Melinda memang sudah lama menyendiri, walaupun begitu banyak kesibukan yang dilakukannya untuk mengisi keseharian yang dijalaninya. Momen lebaran yang identik dengan silaturahmi pun tak dilakukannya dengan mantan suami Venna, yaitu Ivan Fadila. Anak-anak Venna pun dikatakannya tidak bertanya pada sang ibu untuk bertemu dengan ayah mereka.
"Aku nggak komunikasi sama mantan suami, dari dianya juga nggak yang gimana-gimana. Anak-anak juga nggak nyuruh ketemu sama dia. Mereka sudah tahu ceritanya gimana dan kondisinya sesungguhnya tak seperti yang diberitakan," ungkap selebriti kelahiran Surabaya ini.
Ditanya soal jodoh, artis yang sempat mengikuti Puteri Indonesia tahun 1994 ini berkata jika memang dikasih, ia tak ingin menolaknya. Menurutnya, hidup sudah ada yang mengatur dan bagi Venna yang terpenting adalah niat baik serta tergantung memang sudah waktunya diberikan jodoh atau tidak.

Venna Melinda punya kriteria untuk suami barunya nanti © KapanLagi.com®

Ketika menyebut pria seperti apa yang akan menjadi pendamping, ia pun menyebutkan kriteria laki-laki yang diinginkan sebagai suaminya nanti. "Yang jelas laki-laki yang benar laki-laki. Jangan kayak kemarin," ungkap wanita yang baru saja merayakan ulang tahun ke-42 ini. Ia pun mengaku mencari pria yang lebih baik serta lebih bisa mengayomi dan mesti melakukan screening karena belajar dari pengalaman kemarin.
Venna pun sempat dibingungkan oleh sikap mantan suaminya saat melakukan proses perceraian. Ia menjelaskan bahwa sang mantan suami ingin menyita harta miliknya padahal mereka mempunyai perjanjian pranikah. "Nah, aku bingung, katanya cinta tapi ingin ambil yang bukan haknya," tambah Venna.
Menyikapi hal tersebut, Venna memilih bertugas di Dewan Perwakilan Rakyat komisi tiga yang berhubungan dengan hak asasi manusia. Ia bertekad untuk menolong perempuan di koridor hukum ketika mereka harus menghadapi kekerasan dalam rumah tangga. Ketidaktahuan perempuan dalam hukum pula yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut.