Apa Arti Tawadhu: Pengertian, Keutamaan, dan Cara Mengamalkannya dalam Kehidupan
Diterbitkan:
apa arti tawadhu
Kapanlagi.com - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah tawadhu yang berkaitan dengan sikap rendah hati. Apa arti tawadhu sebenarnya dan mengapa sifat ini begitu penting dalam Islam?
Tawadhu merupakan salah satu akhlak mulia yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Sikap ini tidak hanya mencerminkan kerendahan hati, tetapi juga menunjukkan kedewasaan spiritual seseorang dalam memahami posisinya di hadapan Allah SWT dan sesama manusia.
Mengutip dari buku 1001 Tanya Jawab Dalam Islam karya Ust. Muksin Matheer dan Ilham Dewangga, tawadhu termasuk dalam dua puluh satu macam akhlak mahmudah (terpuji) yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pemahaman mendalam tentang apa arti tawadhu akan membantu kita mengembangkan karakter yang lebih mulia dan dicintai Allah SWT.
Advertisement
1. Pengertian dan Definisi Tawadhu
Secara etimologi, tawadhu berasal dari bahasa Arab yang berarti rendah hati atau merendahkan diri. Namun, pengertian tawadhu dalam konteks Islam jauh lebih mendalam dari sekadar tidak sombong.
Menurut terminologi Islam, tawadhu adalah sikap ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya. Tawadhu merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya, sedangkan melecehkan diri adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak.
Ibnu Hajar menjelaskan bahwa tawadhu adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya. Definisi ini menunjukkan bahwa tawadhu bukan tentang merendahkan diri secara berlebihan, melainkan menempatkan diri pada posisi yang semestinya.
Dalam pandangan yang lebih luas, tawadhu merupakan sikap dan perbuatan manusia yang menunjukkan adanya kerendahan hati, tidak sombong dan tinggi hati, serta tidak mudah tersinggung. Melansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, tawadhu adalah sikap dan perbuatan manusia yang menunjukkan adanya kerendahan hati, tidak sombong dan tinggi hati, mudah tersinggung.
Al-Ghazali dalam pemikirannya menjelaskan bahwa tawadhu adalah setiap akhlak dan budi pekerti yang mempunyai dua ujung dan pertengahan antara dua ujung tersebut. Ujung yang lebih condong pada kelebihan dinamakan sombong atau takabur, dan ujung yang condong pada kekurangan adalah rendah diri dan rendah jiwa. Pertengahan antara kedua sifat tersebut adalah yang disebut tawadhu atau merendahkan hati.
2. Keutamaan dan Manfaat Memiliki Sifat Tawadhu
Islam memberikan penekanan khusus pada keutamaan tawadhu karena sifat ini membawa berbagai manfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Berikut adalah keutamaan-keutamaan utama dari sikap tawadhu:
- Derajat Diangkat oleh Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya." (HR. Muslim no. 2588) - Mendapat Simpatik dari Banyak Orang
Secara fitrah, manusia akan lebih simpati pada orang yang tawadhu daripada orang yang sombong. Orang yang rendah hati cenderung lebih disukai dan diterima dalam pergaulan sosial. - Memiliki Banyak Teman dan Dihormati
Orang akan nyaman bergaul dengan orang yang tawadhu karena tidak khawatir akan direndahkan. Sikap rendah hati membuat seseorang lebih mudah diterima dalam berbagai kalangan. - Hati Selalu Tenang dan Tenteram
Orang yang tawadhu sadar bahwa kemampuan yang dimiliki tidak perlu dipamerkan kepada banyak orang dan bahwa kemampuan tersebut adalah milik sang pencipta. Kesadaran ini membawa ketenangan batin. - Terhindar dari Sifat Sombong
Tawadhu menjadi benteng alami dari sifat takabur. Orang yang memiliki sifat ini menyadari bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain meskipun harta dan kedudukan sudah dimilikinya.
Mengutip dari buku AKHLAK karya Bisri, M.Fil.I, rendah hati termasuk sikap terpuji yang menunjukkan seseorang bersikap merendahkan diri untuk tidak bersikap sombong. Sikap ini mencerminkan kedewasaan spiritual dan emosional seseorang.
3. Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Sifat Tawadhu
Untuk memahami lebih dalam tentang tawadhu, penting mengenali ciri-ciri orang yang memiliki sifat mulia ini:
- Tidak Mengejar Popularitas
Orang yang tawadhu lebih memilih tidak dikenal daripada menjadi terkenal karena keikhlasan amal adalah yang utama bagi mereka. - Menerima Kebenaran dari Siapa Saja
Mereka bersedia menerima kebenaran tanpa melihat siapa yang menyampaikan, tidak peduli status sosial atau latar belakang orang tersebut. - Bergaul dengan Semua Kalangan
Orang tawadhu dapat bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan latar belakang sosial, pendidikan, dan perbedaan lainnya. Mereka menyayangi fakir miskin dan tidak segan duduk bersama mereka. - Memiliki Empati Tinggi
Sikap tawadhu memunculkan empati sehingga mudah membantu siapa pun yang membutuhkan. Mereka bersedia mengurus kepentingan orang lain dengan sebaik-baiknya. - Legowo Mengakui Kesalahan
Orang yang tawadhu mudah mengakui kesalahan, kekurangan, maupun kelemahan diri dan segera memohon ampun kepada Allah SWT atas setiap kekhilafan. - Menghargai Orang Lain
Mereka mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah melaksanakan kewajibannya dan memberi maaf kepada mereka yang mengkhianatinya.
4. Contoh Tawadhu dalam Kehidupan Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam menerapkan sikap tawadhu. Beliau mencontohkan berbagai perilaku tawadhu yang dapat kita teladani:
Rasulullah SAW biasa memberi salam kepada anak-anak kecil dan mengusap kepala mereka. Anas berkata: "Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka." (HR. Ibnu Hibban)
Di rumah, Rasulullah SAW membantu pekerjaan istri-istrinya. Ketika ditanya tentang aktivitas Nabi di rumah, Aisyah menjawab: "Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat." (HR. Bukhari no. 676)
Bahkan untuk pekerjaan sederhana seperti menjahit baju yang sobek atau mengesol sandal, Rasulullah SAW melakukannya sendiri. Urwah bertanya kepada Aisyah: "Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala bersamamu?" Aisyah menjawab: "Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember." (HR. Ahmad)
5. Cara Mengembangkan Sifat Tawadhu
Mengembangkan sifat tawadhu memerlukan latihan dan kesadaran yang konsisten. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al-Hidayah menjelaskan lima upaya yang harus dilakukan dalam mencapai sifat tawadhu:
- Terhadap Orang yang Lebih Muda
Ketika melihat orang yang masih muda, katakanlah dalam hati bahwa orang ini belum banyak durhaka kepada Allah sedangkan kita sudah banyak durhaka, sehingga dia pasti lebih baik dari kita. - Terhadap Orang yang Lebih Tua
Ketika melihat orang yang lebih tua, katakanlah dalam hati bahwa orang ini sudah beribadah sebelum kita, dengan begitu tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dari kita. - Terhadap Orang Berilmu
Ketika melihat orang alim, katakanlah dalam hati bahwa orang ini sudah diberi kelebihan oleh Allah yang tidak diberikan kepada kita. Dia menyampaikan kebaikan kepada orang lain sedangkan kita tidak. - Terhadap Orang yang Kurang Ilmu
Ketika bertemu dengan orang yang kurang ilmu, katakanlah dalam hati bahwa orang ini durhaka kepada Allah karena ketidaktahuannya, sedangkan kita durhaka dengan pengetahuan kita. Hukuman Allah kepada kita lebih berat. - Terhadap Orang Kafir
Katakanlah dalam hati bahwa kita tidak tahu, boleh jadi dia akan masuk Islam dan mengisi akhir hidupnya dengan amal kebaikan, sedangkan kita boleh jadi tersesat dari Allah.
Selain itu, sifat tawadhu dapat terbentuk melalui kebersyukuran yaitu memahami bahwa apapun yang kita miliki adalah pemberian Yang Maha Kuasa, menghindari sifat pamer, bersikap sabar dalam menghadapi cobaan, dan berusaha mengendalikan diri untuk tidak menampakkan kelebihan kepada orang lain.
6. Hikmah dan Pelajaran dari Tawadhu
Para ulama memberikan nasihat berharga tentang tawadhu yang dapat menjadi renungan bagi kita:
Al Hasan Al Bashri berkata: "Tahukah kalian apa itu tawadhu? Tawadhu adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu."
Imam Asy Syafi'i berkata: "Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya."
Abdullah bin Al Mubarrok berkata: "Puncak dari tawadhu adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya."
Abu Bakr Ash Shiddiq berkata: "Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qona'ah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah), kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu."
7. FAQ (Frequently Asked Questions)
Apa perbedaan antara tawadhu dan rendah diri?
Tawadhu adalah sikap pertengahan yang seimbang antara sombong dan rendah diri. Tawadhu berarti menempatkan diri pada posisi yang semestinya tanpa merasa lebih tinggi atau terlalu merendahkan diri, sedangkan rendah diri adalah sikap menempatkan diri terlalu rendah hingga melecehkan hak diri sendiri.
Bagaimana cara membedakan tawadhu dengan sikap munafik?
Tawadhu adalah sikap yang tulus dari hati yang mengakui bahwa segala kelebihan berasal dari Allah, sedangkan sikap munafik adalah pura-pura rendah hati untuk mendapat pujian atau keuntungan tertentu. Tawadhu dilakukan dengan ikhlas karena Allah, bukan untuk mendapat pengakuan manusia.
Apakah tawadhu berarti tidak boleh percaya diri?
Tidak, tawadhu tidak bertentangan dengan percaya diri. Orang yang tawadhu tetap percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya, namun tidak sombong dan selalu mengakui bahwa kemampuan tersebut adalah anugerah dari Allah SWT.
Bagaimana mengajarkan tawadhu kepada anak-anak?
Tawadhu dapat diajarkan kepada anak melalui keteladanan orang tua, mengajarkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang dimiliki, tidak membanding-bandingkan anak dengan orang lain secara berlebihan, dan mengajarkan untuk menghargai semua orang tanpa memandang status sosial.
Apa hubungan antara tawadhu dengan kesuksesan dalam hidup?
Tawadhu justru dapat mengantar seseorang pada kesuksesan sejati karena orang yang tawadhu lebih mudah belajar, menerima kritik, bekerja sama dengan orang lain, dan mendapat dukungan dari banyak pihak. Allah juga berjanji akan meninggikan derajat orang yang bertawadhu.
Bagaimana cara mengatasi sifat sombong untuk mencapai tawadhu?
Cara mengatasi sombong adalah dengan selalu mengingat bahwa semua kelebihan berasal dari Allah, sering berdzikir dan berdoa, bergaul dengan orang-orang shalih, memperbanyak sedekah, dan selalu mengingat kematian serta akhirat.
Apakah tawadhu hanya berlaku dalam hubungan dengan sesama manusia?
Tidak, tawadhu memiliki beberapa tingkatan yaitu tawadhu terhadap Allah SWT dengan menerima segala ketentuan-Nya, tawadhu terhadap sesama manusia dengan menghargai semua orang, dan tawadhu terhadap ilmu pengetahuan dengan mengakui bahwa pengetahuan adalah kurnia dari Allah.
(kpl/fed)
Rizka Uzlifat
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Deretan Aksesori yang Bikin Gadget Gen Z Makin Ciamik, Wajib Punya Nih!