KapanLagi.com - Pemain: Charlie Hunnam, Terrence Howard, Liv Tyler, Patrick Wilson

Rating:

2 star

Oleh: Fatchur Rochim

Sinopsis
Gavin Nichols (Charlie Hunnam) memang tak percaya Tuhan. Ia tak menganut agama apapun. Gavin juga tak percaya ada kehidupan lain setelah kematian datang. Semua keyakinan itu akhirnya menghadapi benturan saat Gavin harus berurusan dengan seorang pria bernama Joe (Patrick Wilson).

Bertolak belakang dengan apa yang diyakini Gavin, Joe adalah seorang penganut Kristen yang taat. Awalnya perbedaan keyakinan ini hanya sebatas adu argumen soal keberadaan Tuhan dan kehidupan setelah kematian. Masalah semakin pelik saat ternyata Gavin menjalin hubungan gelap dengan istri Joe, Shana (Liv Tyler). Saat Joe mendapati keduanya berselingkuh, maka dimulailah permainan mematikan itu.

Joe menantang Gavin dalam sebuah permainan mematikan. Intinya, Gavin harus melompat dari atas gedung bertingkat untuk membuktikan kalau ia memang benar-benar mencintai Shana. Kalau tidak, akan ada nyawa yang melayang. Gavin memang tak percaya pada kehidupan setelah kematian tapi mampukah ia bertahan dengan prinsip itu di saat ia terpaksa harus menghabisi nyawanya sendiri?

Review
Perdebatan antara penganut Kristen fanatik dan seorang ateis. Itulah inti dari film berdurasi sekitar 100 menit ini. Matthew Chapman yang dipercaya menjadi sutradara sekaligus penulis naskah jelas berpihak dan ia juga tak berusaha menyembunyikan keberpihakannya. Bukan itu masalahnya. Yang jadi masalah justru adalah naskah film ini.

Sebenarnya akting para pemain dalam film ini bisa dibilang sudah cukup memadai. Charlie Hunnam, Patrick Wilson, Liv Tyler, dan Terrence Howard bermain cukup bagus meskipun kali ini Hunnam yang terlihat lebih menonjol. Chemistry di antara mereka pun cukup bagus meski sayangnya ini justru tak terjadi antara karakter Hunnam dan Wilson.

Secara keseluruhan, ada kesan kalau naskah yang ditulis oleh Matthew Chapman ini dibuat berdasarkan ide mengkontraskan antara religi dan ateis. Akhirnya, para karakter yang ada dalam film ini dibuat berdasarkan ide tadi. Tak satu pun karakter tampil sebagai sosok yang utuh. Mereka hanya ada karena argumen tadi.