1. Cinta Berawal Dari Uang Receh

Selayaknya penghuni rumah yang lain, ketika Didi mengamen, Putri pun memberikan uang receh. Ternyata, dari uang inilah kemudian tumbuh cinta di hati mereka berdua.

"Saya dulu memang kerja buruh pabrik garmen (memproduksi sepatu ternama) di Jakarta. Ia ngamen di kos saya. Masih ingat saya kasih Rp 100 dulu masih ingat sekali," kenangnya.

2. Menikah Dengan Kondisi Pas-Pasan

Pertemuan Didi dengan Putri dari depan kamar kos, ternyata berlanjut sampai ke pernikahan. Pada tahun 1994, mereka memutuskan untuk menikah meski kondisi ketika itu sangat pas-pasan.

"Nikah tahun 1994 yang juga sederhana yang diundang teman pengamen. Usai nikah kita cari kontrakan tak jauh dari kos saya. Perjuangan kami sangat luar biasa. Setiap hari Bapak ngamen dan saya kerja di pabrik garmen," kenang Putri seraya menangis.

Pasangan ini menikah di KUA dan tak mengundang banyak orang ke acara mereka. Hanya para pengamen yang menjadi saksi cinta mereka disatukan oleh agama dan negara.

3. Doa Putri Jadi Penguat Didi

Hidup Didi dengan Putri tidak seketika membaik setelah menikah. Mereka berjuang berdua selama bertahun-tahun sampai akhirnya Didi bisa meraih kesuksesan.

Kepada seorang sahabatnya, Didi menyebut bahwa ia bisa tegar sampai saat terakhirnya adalah karena doa dari Putri. Didi pun tak pernah melupakan masa sulitnya ketika menjadi seorang pengamen dan ditemani oleh Putri.