Upaya Mengamati Pola Komunikasi Dakwah dalam Riuh Gus Miftah Hina Pedagang Es Teh
Diperbarui: Diterbitkan:
Gus Miftah © KapanLagi.com/Bayu Herdianto
Kapanlagi.com - Gus Miftah ramai menjadi perbincangan publik sepekan belakang. Semua dimulai dari viralnya penggalan video lawas dirinya kala ia tengah memberikan ceramah pada pengajian yang digelar di Magelang - Jawa Tengah. Kala itu, Gus Miftah ramai diminta oleh para jamaah untuk memborong dagangan penjual es.
Gus Miftah lantas bertanya, "Masih ada es-nya?" Sang penjual es yang belakangan diketahui bernama Pak Sunhaji itu menjawab, "Masih." Gus Miftah lantas berkata, "Ya dijual dong, goblok!" dalam bahasa Jawa. Ia dan para pemuka agama lainnya sontak tertawa namun tidak dengan Pak Sun dan sejumlah jamaah lainnya.
Kejadian tersebut viral dan memantik perhatian netizen. Tak sedikit influencer besar turut menyuarakan pendapat mereka soal video tersebut. Mereka ramai mengkritik Gus Miftah dan memberi simpati pada Pak Sun.
Advertisement
Interaksi dengan diselipi cacian serupa seperti ini bukan pertama kalinya terjadi di dalam sebuah pengajian. Sebelumnya, pada pertengahan tahun 2024, ada Gus Iqdam yang berang pada penjual es teh. Menurutnya, penjual es teh terlalu 'caper' saat berjualan kala pengajian berlangsung. Ia pun langsung sesumbar akan membeli es-nya seharga Rp500 ribu namun penjual es tidak boleh jualan sampai kiamat.
Kala amarahnya mulai mereda, Gus Iqdam lantas bilang bahwa ia mengampuni penjual es itu dan memintanya tidak keliling berjualan saat pengajian berlangsung. Meski tak se-viral Gus Miftah, kejadian tersebut cukup mencuri perhatian netizen dan Gus Iqdam pun ramai dikritik.
Baik Gus Iqdam maupun Gus Miftah sama-sama melakukan klarifikasi. Hingga berita ini dibuat, Gus Miftah telah menemui Pak Sunhaji dan meminta maaf secara langsung. Meski demikian netizen masih tetap menyoroti Gus Miftah lantaran aksi permintaan maafnya kepada Pak Sunhaji disebut ‘tidak tulus’. Gus Miftah datang beramai-ramai dan menunjukkan gesture pitingkan tangan ke leher Pak Sunhaji yang justru seolah menunjukkan posisi kekuasaannya yang lebih daripada Pak Sunhaji.
Pada pertemuannya dengan Pak Sunhaji, Gus Miftah juga berjanji akan memberangkatkan umrah. Tidak hanya Pak Sunhaji seorang tapi kedua anaknya, istri, dan ibu mertua turut diberangkatkan.
Gelombang protes masih berlanjut hingga berita ini dibuat. Di media sosial banyak postingan tentang penjual es teh sebagai bentuk dukungan kepada Pak Sunhaji seperti karya Mice Cartoon, Juki, hingga ilustrator Zia Ul Haq. Ada juga yang mengutip Pramoedya Ananta Toer ‘Semua yang bekerja adalah mulia’.
Di tengah banjir cibiran dan protes akan aksi Gus Miftah ini, tak sedikit pula yang membela Gus Miftah. Gus Yusuf Chudlory dan Habib Zaidan bin Yahya memberikan pembelaan di akun sosial media masing-masing. Ada juga Deddy Corbuzier yang menolak berkomentar secara terbuka terkait hal ini sebab Gus Miftah adalah sahabatnya.
Menanggapi polemik yang masih terus bergulir, penulis berupaya menelaah pola komunikasi yang terjadi dalam kejadian tersebut. Dengan harapan agar pembaca bisa memahami lebih menyeluruh tentang apa yang terjadi dan mengambil hikmah dari situ.
1. Pedagang Asongan di Pengajian
Secara umum, pengajian-pengajian seperti yang ada dalam video Gus Miftah biasanya didatangi hingga sekitar 10-20 ribu jamaah. Dengan jumlah jamaah yang demikian melimpah dan juga durasi pengajian yang mencapai 2 jam lebih, para pedagang asongan melihat pengajian ini sebagai potensi untuk menjajakan dagang dan meraup rezeki.
Dari pengalaman penulis, mereka berkeliling di antara jamaah yang duduk lesehan sambil menjajakan es teh, air mineral, atau kacang goreng. Dalam satu kali pengajian biasanya ada lebih dari 10 pedagang.
Hadirnya para pedagang asongan, menurut Gus Iqdam bisa mengganggu jamaah lain. Apalagi saat mereka tetap melakukannya di tengah pengajian berlangsung. Masih menurut Gus Iqdam, para pedagang itu sudah berjualan dari sore seharusnya mereka mau berhenti berjualan sejenak selama pengajian.
Menurut Ahmad, salah satu jamaah NU yang biasa mengikuti pengajian Gus Idham dan Gus Kautsar, keberadaan para pedagang asongan sangat membantu. Ketika mereka berkeliling, Ahmad dan para jamaah lain bisa membeli jajanan atau minuman tanpa harus meninggalkan tempat duduk.
Ya, dengan jamaah yang jumlahnya ribuan itu, Ahmad harus rebutan spot duduk paling nyaman. Ia tentu enggan beranjak untuk sekadar membeli kacang goreng sebab tempat duduknya beresiko diambil jamaah lain. Meski begitu, Ahmad juga merasa terganggu jika ada pedagang yang terlalu berisik saat menjajakan jualannya.
(Lagi-lagi bikin heboh! Setelah bucin-bucinan, sekarang Erika Carlina dan DJ Bravy resmi putus!)
2. Kebiasaan para Tokoh Agama Memborong Es Teh
Perilaku para pedagang tersebut lantas disikapi beragam oleh para tokoh agama yang sedang berada di mimbar. Salah satu yang kerap terjadi adalah mereka memborong dagangan para penjual tersebut.
Gus Miftah kerap melakukannya. Gus Iqdam pernah membagi uang Rp100 ribu untuk masing-masing penjual es teh supaya mereka berhenti berjualan selama pengajian berlangsung. Kebiasaan itu lah yang lantas membuat para jamaah ramai-ramai meminta Gus Miftah memborong es teh Pak Sunhaji pada video yang viral tersebut.
Namun, pada video yang viral tersebut, alih-alih memborong dagangannya, Gus Miftah Lantas melontarkan ujaran kasar kepada sosok pedagang, Pak Sunhaji. Hal inilah yang kemudian menjadi titik mula polemik yang terjadi.
Inayah Wahid dalam cuitannya pada Selasa (3/12) jelas mengungkapkan ketidaksepakatannya akan aksi Gus Miftah. Rekam jejak memborong es teh tidak lantas menjadikan pemuka agam memiliki hak untuk merendahkan pedagang.
"Gak ada gunanya kamu sok mborong es tehnya kalo kamu merendahkan beliau di depan publik. Yang wajib itu menjaga harkat martabat sesama manusia, bukan mborong dagangan," cuitnya.
Terlebih dalam konteks video tersebut. Gus Miftah pada akhirnya tidak memborong teh Pak Sunhaji. Malah, ia meminta Pak Sunhaji untuk melanjutkan berjualan, memaki, dan menertawakannya. Dalam pernyataannya, Gus Miftah menyebut itu sekadar bercanda.
3. Tepatkah Candaan Gus Miftah?
Dipandang dari konteks komunikasi, Komunikasi dapat dikatakan berhasil jika ada kesamaan frame of reference antara komunikator dan komunikan. Bisa dibilang, candaan tidak lah menjadi pesan yang sama-sama dimaknai oleh Gus Miftah maupun Pak Sunhaji. Hal itu terlihat dari hanya Gus Miftah saja yang lantas tertawa sementara Pak Sunhaji hanya menghela napas panjang.
Secara kultural, 'guyonan' memang menjadi salah satu cara untuk mencairkan suasana dan membangun kedekatan. Dalam kasus Gus Miftah, Gus Yusuf Chudhory menyebut guyonan seperti itu memang menjadi bagian dari komunikasi Gus Miftah dengan jamaahnya.
Lebih lanjut mengenai 'guyonan', Karen Tracy, seorang profesor komunikasi di University of Colorado, menyebut bercanda sangat erat kaitannya dengan relasi kuasa antara orang yang bercanda dan orang yang menjadi sasaran bercanda.
"Jika seseorang memiliki lebih banyak kekuasaan daripada orang yang menjadi sasarannya, maka bercanda bisa menjadi bentuk pelecehan atau intimidasi,” ungkap Karen Tracy dalam buku Human Communication Research.
Ditinjau dari relasi kuasa antara Gus Miftah dan Pak Sunhaji, bisa disimpulkan relasi kuasanya timpang. Gus Miftah memiliki posisi yang cenderung superior dengan nama besarnya sebagai ulama bahkan staff khusus presiden yang artinya 'dekat' dengan penguasa. Sementara Pak Sunhaji memiliki posisi inferior sebab ia hanya warga biasa. Rawan sekali relasi yang tak setara tersebut dimaknai sebagai bentuk intimidasi.
Dalam lingkup NU, salah satu ustaz yang dikenal lucu dan pengajiannya selalu full dihadiri jamaah adalah Anwar Zahid. Ustaz asal Bojonegoro - Jawa Timur itu juga kerap kali bercanda dengan jamaah. Nyaris seluruh materinya disertai jokes-jokes yang relate dengan kehidupan jamaah.
Seperti misalnya kala menceritakan tentang tabiat ibu-ibu yang suka berkelompok saat berangkat pengajian. Ia mengelompokkan ibu-ibu tersebut berdasarkan kelas ekonomi serta kebiasaan hingga mobilnya. Jokes tersebut seketika menyentil namun disambut dengan gemuruh tawa.
Ada juga Gus Kautsar yang pernah melempar guyonan tentang kehidupan pernikahannya. Ya, alih-alih menjadikan jamaah sebagai objek, ia memilih rumah tangganya sebagai bahan tertawaan. Dalam dunia humor, hal itu disebut teknik self deprication yang cenderung aman dipraktekkan.
4. Polemik Jabatan Utusan Khusus Presiden
Gus Miftah, diangkat sebagai Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto pada 22 Oktober 2024. Dalam jabatannya ini, ia bertanggung jawab di bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Pengangkatan ini merupakan bagian dari kebijakan Presiden Prabowo untuk membentuk tim penasihat yang mendukung kepemimpinannya selama lima tahun ke depan.
Sebagai Utusan Khusus, Gus Miftah memiliki beberapa tugas utama, seperti Mempromosikan kerukunan hingga membangun komunikasi internasional terkait isu toleransi. Tugasnya ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2024, yang menyatakan bahwa Utusan Khusus bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan harus melaporkan hasil kerjanya kepada Sekretaris Kabinet.
Dilansir dari Tempo, Gus Miftah menerima gaji setara dengan pejabat setingkat menteri. Berdasarkan Perpres yang sama, gaji pokoknya adalah sekitar Rp5 juta dengan tunjangan mencapai Rp13 juta per bulan. sehingga total gajinya sekitar Rp18 juta per bulan. Selain itu, ia juga mendapatkan fasilitas lain seperti rumah dinas dan kendaraan dinas.
Gus Miftah diketahui sudah datang ke rumah Pak Sunhaji dan meminta maaf. Meski begitu, amarah publik tak lantas mereda. Dilansir dari Tempo pada Kamis (5/12), tercatat ada 40 ribu lebih warga yang menandatangani petisi untuk mencopot Gus Miftah dari jabatan utusan khusus presiden. Terlebih beredar pula video lama Gus Miftah yang dinilai melecehkan Yati Pesek.
Kejadian ini menjadi pengingat betapa pengkomunikasian humor tidak bisa sembarangan dilakukan. Harus ada konsensus bersama supaya tidak terjadi bullying karena ketimpangan relasi kuasa seperti yang dialami Pak Sunhaji dan Gus Miftah. Jika humor masih terus menjadi bagian dari komunikasi dakwah, ada banyak cara 'guyonan' yang bisa dilakukan tanpa merendahkan.
(Ramai kabar perceraian dengan Raisa, Hamish Daud sebut tudingan selingkuh itu fitnah.)
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Deretan Aksesori yang Bikin Gadget Gen Z Makin Ciamik, Wajib Punya Nih!
