Fedi Nuril Sampai ke Psikolog Demi Memahami Orang yang Sedang Berduka

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Fedi Nuril Sampai ke Psikolog Demi Memahami Orang yang Sedang Berduka
Fedi Nuril dan Sari Nila (cr: KapanLagicom/Adrian Utama Putra)

Kapanlagi.com - Di KapanLagi Talks kali ini ada Fedi Nuril dan Sari Nila yang mengunjungi kantor KapanLagi. Mereka berdua mempromosikan film 1 IMAM 2 MAKMUM. Di sini, KapanLagi akan share apa saja obrolan dengan mereka dan ternyata Fedi Nuril ini sampai konsultasi ke psikolog untuk memahami sosok Arman yang ia perankan dalam film tersebut.

1. Buat Yang Belum Tahu, Boleh Dong Dikasih Tahu Premis Dari Film Ini?

KapanLagicom/Adrian Utama Putra

Fedi Nuril: "Jadi premisnya itu cerita tentang Anika yang diperankan Amanda Manopo yang berusaha membuat suaminya Arman yang saya perankan jatuh cinta sedangkan Arman belum mengikhlaskan mendiang istrinya Laila yang diperankan Revalina S. Temat. Dan kenapa seorang perempuan bisa berusaha membuat suaminya jatuh cinta karena ibu saya yang diperankan Marini dan kakak tertua saya yang diperankan Sari Nila memaksa menjodohkan karena ingin melihat Arman itu move on."
Sari Nila: "Iya."

Fedi Nuril: "Dan Arman punya anak perempuan 5 tahun namanya Yasmin menurut ibu dan kakak saya ini Yasmin masih butuh sosok ibu dan menurut mereka Anika ini memang perempuan yang high value yang cocok untuk jadi istri jadi ibu tapi timing-nya aja sih nggak tepat."

Sari Nila: "Oh gitu, timing gak tepat tuh mau sampai kapan karena kalau misal dipikir pikir timing knowing Arman ya adek satu-satunya gue yang paling gue sayangin kalau misalnya nunggu timing lo tuh nggak bakalan kelar-kelar. Karena dia selalu terjebak dengan cinta sejatinya terjebak dengan masa lalunya, terjebak dengan rasa bersalahnya. Jadi ya udahlah come on move on jangan terlalu egois pikirin anak karena anak tuh gimanapun juga apalagi anak perempuan ya tetap butuh sosok ibu."

(Lagi-lagi bikin heboh! Setelah bucin-bucinan, sekarang Erika Carlina dan DJ Bravy resmi putus!)

2. Kalau Dari Segi Karakter, Apa Yang Menarik Buat Kalian? Apa Plus Minus yang Bertentangan Nilai-Nilai Yang Kalian Pegang?

KapanLagicom/Adrian Utama Putra

Sari Nila: "Aku memerankan mbak Windy kakaknya Arman nah sebenarnya Windy sama saya Sari Nila itu karakternya bertolak belakang banget. Aku kan orangnya sangat cool ya cenderung boyish dan agak tomboy. Nah kalau Windy ini bener-bener sosok perempuan yang emang ibu-ibu banget semua mau diurusin. Kebetulan Windy itu juga single parents udah lama cerai terus udah sukses juga dengan usahanya, sukses membesarkan anak anaknya, sukses mengurus ibunya dan dia pikir dia juga bisa masuk ke kehidupan adiknya dan semuanya. Jadi semua diurusin bener-bener karakter yang menurut aku sih seru sebenarnya loveable tapi agak annoying ha ha sangat annoying. Jadi emang bener-bener semuanya mau diurusin dan kalau dia ngomong tuh kayaknya satu kampung semua denger suaranya Si Windy ini bertolak belakang banget sih. Ada ininya nggak ya bertolak belakang dengan apa tadi value-nya sebenarnya nggak juga sih ya karena gimanapun juga Windy tuh adalah perempuan yang memang eh penuh rasa sayang dan cinta kasih ke keluarganya. Cuman yang agak bertentang sama aku adalah yaitu dia mau masuk kehidupan walaupun adik, ibu itu kan tetap harus punya privasi ya. Ini tuh kayaknya mau diurusin semuanya itu aja sih tapi other then that selain annoying dia sebenarnya sosok yang menyenangkan."

Fedi Nuril: " Arman ini ya."
Sari Nila: "Kelamaan mikir."
Fedi Nuril: "Yang relate ya yang relate itu adalah gue dan Arman. Arman itu kan arsitek ya berarti dia orang yang menyukai keteraturan keindahan dan itu gue juga kurang lebih seperti itu. Cuma gue mungkin lewat akting dan lewat musik gitu. Nah yang value-nya agak bertentangan gue pribadi kayaknya tidak akan memulai hubungan baru kalau belum ikhlas."
Sari Nila: "Gitu ya iya tuh dia, namanya kelamaan mikir sih."
Fedi Nuril: "Dan ya Arman itu pemikir."
Sari Nila: "Iya kelamaan mikirnya."
Fedi Nuril: "Dan kemarin kita bikin konten sama Dokter Aisyah Dahlan. Dan orang pemikir kayak Armand memang move on-nya akan lebih lama, lebih susah, kata Bu Aisyah gitu."
Sari Nila: "Alasannya apa?"
Fedi Nuril: "Overthinking."
Sari Nila: "Gitu jangan OT (over thinking) deh."
Fedi Nuril: "Iya bener itu, dan overthinking adalah salah satu gejala orang yang berduka karena kehilangan pasangan gitu. Ditambah lagi Arman kan juga dia merasa, dia yang membunuh Laila, dia punya rasa bersalah. Ada rasa bersalah itu jadi lebih lama lagi memang gitu. Nah itu yang sih mau kita share ke penonton juga ya psikologis orang yang berduka karena kehilangan pasangan."
Sari Nila: "Jadi bener-bener terjadi dan memang ada di dunia ini."
Fedi Nuril: "Dan memang ada dan sangat kompleks dan jangan harap mereka bisa berpikir logis."

3. Gimana Spesifik Reaksi Kalian Ketika Baca Naskah di Bagian Arman Nggak Mau Ngimamin Anika?

KapanLagicom/Adrian Utama Putra

Fedi Nuril: "Pertama kali baca banget ya bingung. Nggak ngerti kenapa Arman seperti itu karena ya seorang muslim wajib menjadi imam secara ibadah dan juga secara secara psikologis. Itu nge-lead ya, imam itu memimpin gitu arah rumah tangganya seperti apa. Nah sebenarnya banyak sekali duka Arman yang sulit bisa gue pahami sampai akhirnya gue konseling sama psikolog untuk paham psikologis orang berduka kayak Arman tuh seperti apa. Akhirnya info yang gue dapat itu tadi, kehilangan pasangan, kehilangan orang tua, kehilangan anak atau kehilangan teman stres paling tinggi itu kehilangan pasangan. Jadi apakah Arman salah nggak mau jadi imam? Iya. Tapi memang dia lagi berduka dan kita nggak akan bisa expect orang berduka itu untuk rasional gitu. Nah jadi dengan gue dapat banyak info itu jadi lebih make sense ke gue karena intinya untuk menjadi Arman adalah tidak rasional."

Sari Nila: "Iya sih iya, pertama kali baca aku sampai yang wah ada ya kayak begini ternyata emang beneran ada. Terus aku juga sempat ngobrol juga sama Fedi terus ngobrol dengan cast cast lain. Jadi emang sebenarnya berduka itu bukan suatu hal yang main-main it happens dan memang benar-benar harus disembuhkan terlebih dahulu jadi memang diri kita harus sembuh dulu baru kita bisa move on dan mencintai dan menjadi imam untuk orang lain."

4. Jadi Di Film Ini POV-nya Lebih ke Siapa Sih?

KapanLagicom/Adrian Utama Putra

Fedi Nuril: "Nah ini karena kejadian, nggak bisa-bisa dibocorin dikit karena ini dari kisah nyata kehidupan nyata adalah abu-abu gitu tidak ada yang pure putih nggak ada yang pure hitam."
Sari Nila: "Setuju."
Fedi Nuril: "Manusia itu sangat kompleks, most of the time kita bingung kita tuh yang bener ngapain sih gitu. Karena tempat yang kita huni ini udah sangat abu-abu. Jadi memang idealnya tuh untuk drama memang berubah berubah nih tadinya simpati atau enggak. Simpati antipati, simpati antipati drama yang seru itu kayak gitu bikin penonton dukungannya pindah-pindah gitu."

Sari Nila: "Iya bener setuju sih karena emang life's all about grey area. Nggak ada zaman dulu mungkin bisa ya hitam atau putih tapi zaman sekarang nggak bisa. Karena kita hidup dengan penuh toleransi, teposliro dan lain sebagainya. Jadi kita nggak bisa nge judge nih orang salah nih orang bener, nggak bisa. Karena mungkin aja dia bersalah karena melakukan hal yang harusnya bener bisa juga dia bener. Tapi ternyata dia melakukan hal yang salah so it's all about grey area. Aku setuju banget, pinter banget sih mas makasih aduh pantes cocok jadi adek gue."
Fedi Nuril: "Ya gitu ha ha."

5. Sedalam Apa Kalian Riset Untuk Film Ini?

KapanLagicom/Adrian Utama Putra

Fedi Nuril: "Jadi kan Aku menceritakan skenario itu ke psikolognya tentang kondisi Arman. Nah beliau observasinya bilang 'Oh Arman ini dia sama mendiang istrinya itu seberapa lama hubungannya? Apakah mereka high school sweetheart dia?' Ada dari SMA pacaran kuliah kerja sampai akhirnya memutuskan menikah dan dia meninggal karena sakit. Tapi Arman merasa tetap dia meninggal karena gua, gua yang bunuh dia gitu. Oke berarti kalau dari high school sweetheart itu berarti memang stresnya paling tinggi dibanding kehilangan orang tua anak atau teman, kenapa? Karena pasangan itu kita tuh mencari kan gitu. Kalau orang tua kita nggak ada pilihan kita lahir ya udah ini orang tua gue, anak pun gitu. Temen mungkin masih bisa memilih tapi kan ada batasan, temen ya temen aja, nggak sampai jadi teman hidup sampai ingin membuat keluarga gitu. Makanya ini stresnya paling tinggi beliau juga ngejelasin gejala-gejala fisik orang stres paling tinggi apa sih ya bisa pusingnya bisa sampai vertigo, bisa nggak makan atau over eating justru, bisa sakit punggung sakit leher. Bahkan kalau untuk laki-laki itu bisa kehilangan libido gitu. Seks drive itu bisa hilang gitu, nah makanya script itu menjadi masuk akal kalau Arman segitu nggak maunya dia menikah lagi gitu. Dan tidak segitu tertariknya melihat let say Anika ni, 'ini Amanda Manopo loh' ya terus kenapa gitu, bisa gitu yang banyak orang nge fans. Tapi ya Arman bisa ya, terus kenapa gitu kan karena otaknya masih itu nah dan satu lagi kalau aku pribadi belajar bagaimana hidup atau menemani orang yang berduka bahwa satu mereka paling kesel kalau ditanya 'gimana kabar lo?' gitu, nanya gitu."
Sari Nila: "Udah tau lagi sedih lo nanya."

Fedi Nuril: "Kedua mereka paling nggak bisa diceramahin apalagi lagi nangis nangisnya nih 'sabar, ikhlasin' tuh paling nggak suka mereka dengar ternyata gitu. Mereka nggak butuh itu dan tidak membuat mereka move on lebih cepat. Ketiga jangan ajak foto kalau lagi tahlilan mereka nggak akan nolak tapi ya nggak banget sebenarnya, kalau ditanya please apalagi muka bengap segala macam gitu kan. Jadi akhirnya psikologis orang berduka adalah misalnya ada 4 anggota keluarga ayah ibu dua anak, ayah meninggal. Nah biasanya si ibu tuh pasti awal-awal itu masih bikin minuman 4 gitu karena masih belum nerima kalau udah nggak ada. Sampai akhirnya di titik udah bikin minumannya cuma tiga, itu berarti dia udah nerima kalau memang udah nggak ada dan dari 4 minuman ketiga minuman itu nggak ada yang tahu berapa lama. Nggak bisa dipercepat, nggak bisa dipaksa. Jadi emang nemenin orang berduka itu kitanya pun nggak nyaman."
Sari Nila: "Iya."

Fedi Nuril: "Dan justru yang menarik buat gua adalah di saat kita minta 'udahlah move on lah ikhlas lah' sebenarnya orang itu yang berusaha membuat dirinya nyaman lagi. 'Gua nggak nyaman ngelihat lo nangis terus, nggak nyaman ngelihat lo nggak makan, nggak tidur atau marah-marah mulu. Ayolah move on supaya kita semua nyaman lagi dan everything back to normal.' Jadi ternyata ada egoisme di situ ya mudah-mudahan penonton nanti bisa dapat sih poinnya kalau 'Oh orang berduka ini begini, oh nemenin orang berduka ini harusnya begini' dan gimana sih supaya orang yang berduka ini akhirnya bisa ngebuka hati untuk udah ada ini perempuan yang baik yang udah cinta duluan. Tapi gimana caranya bisa ngebuka hati itu gitu nah itu perjuangan Anika yang apakah kebuka hatinya atau tidak."

6. Film Ini Menampilkan Sosok Yang Kuat Seperti Anika. Kalau Menurut Kalian Kenapa Menampilkan Sosok Anika Itu Penting Diceritakan?

KapanLagicom/Adrian Utama Putra

Fedi Nuril: "Wow itu pertanyaan yang bagus dan sulit."
Sari Nila: "Dari sudut laki-laki kan menurut..."
Fedi Nuril: "Menurut Aku penting karena aku meyakini alaminya perempuan adalah nurturing, nurturing indonesianya yang enak apa ya nurturing itu merawat merawat, mengayomi, mengayomi. Apa indonesianya yang tepat jadi ya. Oke jadi Anika ini sosok yang dia bisa melihat bahwa Arman ini sebenarnya high value. Tapi sedang berduka aja gitu loh maksudnya siapa sih yang tidak ingin segitu dicintainya sampai udah meninggal pun, 'Nggak gua nggak mau orang lain' itu kan GR banget loh sebenarnya menurut aku gitu cinta banget dong berarti. Nah Anika melihat itu juga 'Seandainya ada laki-laki yang mencintai aku seperti Arman nggak mau move on.' Nah akhirnya itu yang membuat dia kuat percaya sama kekuatan cinta dan yakin kalau sudah move on sepertinya dia juga akan cinta seperti itu pada saya. Balik lagi juga sifat perempuan yang nurturing itu yang melihat dia ini rapuh sebenarnya dan dia ya butuh perhatian. Tapi sayangnya yang mau diperhatikan ini malah kabur-kaburan gitu dan dia juga melihat Yasmin yang masih kecil yang butuh sosok ibu dan dia pun dekat. Jadi penting untuk sosok kuat seperti Anika itu untuk memiliki perasaan yang peka dan mau berpikir lebih dalam sebenarnya apa yang dibutuhin keluarga ini dan untuk lebih bersabar sedikit. Walaupun kalaupun dia kesel itu manusiawi juga gitu tapi menurut aku sih sifat alami wanita yang nurturing ya karena dia tahu ini lagi berduka bukan yang kdrt bukan yang apa namanya otoriter tapi ya berduka nah itu yang bikin dia nggak langsung cabut begitu tahu gitu."

Sari Nila: "Penting karena mungkin bisa jadi karena ini kan hal yang pasti terjadi di masyarakat istilahnya kawinnya secara terpaksa walaupun Anika sudah suka sama Arman dari zaman dulu ada kekaguman. Cuman kan ini adalah istilahnya kayak dipaksakan sedikit gitu nah kenapa ini diangkat di sini karena supaya orang tuh bisa melihat bahwa 'oh ternyata sosok Anika ini walaupun dibalik kekuatannya itu ternyata punya hati dan punya perasaan'. Sekuat-kuatnya orang, secinta-cintanya orang tapi kalau di show away terus di poking terus dipaksa terus bisa bete juga. Secinta-cintanya Anika sama Arman kalau dicuekin terus di ininya luntur lah ya pertahanan bisa marah, bisa sedih, bisa akhirnya jadi terbalik mejanya. Bisa jadi akhirnya Anikanya yang cabut dan cinta itu hilang gitu loh. Jadi ini sebenarnya apa ya sosok ini ditampilkan untuk menjadi suatu bahan renungan menginspirasi penonton juga bahwa this things could happen. Jadi gimana caranya kalau misalnya mereka yang punya situasi yang sama dengan Anika dan Arman itu bisa menyikapi ini dengan baik lewat contoh film ini gitu sebenarnya bagus sih banyak pelajaran yang bisa diambil di film ini."

7. Boleh Spill Dong Adegan Yang Paling Banyak Re-take?

KapanLagicom/Adrian Utama Putra

Sari Nila: "Ha ha adegannya berat soalnya berat banget nggak ada yang re-take sih tapi berat-berat adegannya."
Fedi Nuril: "Bukan re-take, adegan yang nggak di tak- take gara-gara aku belum dapat logikanya adegan ini kenapa dia begini gitu."
Sari Nila: "I was there, I was there. Pada saat pembahasan seru."

Fedi Nuril: "Jadi kayak agak lama udah datang ke set masih diskusi sama sutradara itu sampai kru nungguin banget. Lagi diskusi, gua ngelirik lirik kru udah (siap) dan itu nggak enak sebenarnya bikin mereka nunggu. Ya cuma sebagai aktor gue masih belum dapat logika adegan ini belum bisa paham. Jadi kalau dipaksa syuting pasti aktingnya nggak bagus gitu, penonton akan berasa gitu. Itu memang udah mendekati ending sih udah menuju klimaks makanya menurut aku harus hati-hati banget. Jangan sampai kita maunya dapat simpati penonton, mereka malah bingung 'kok adegannya gini sih nggak masuk akal gitu'. Nah itu ya hampir sejam mungkin nggak take-take. Udah datang ke set."
Sari Nila: "Itu yang masih di Bandung atau..."

Fedi Nuril: "Di Bandung."
Sari Nila: "Di Bandung yang ada gue oh gue lagi makan ya eh gue di sini."
Fedi Nuril: "Iya ada lu, cuma lu nggak ada di adegan."
Sari Nila: "Iya nggak ada adegan, lu lagi rrgghh gitu."
Fedi Nuril: "Dia saksi gue lagi melakukan relaksasi-relaksasi."
Sari Nila: " eh gue gini..."
Fedi Nuril: "(kamu bilang) stress lu ya?"

Sari Nila: "Untungnya ya emang kita sih sebenarnya adegan retake rata-rata nggak ada ya bukan GR ya cuman karena kita kerja sama dengan sesama aktor dan kru yang sangat bekerja dengan sepenuh hati. Aku kebetulan beruntung sekali bisa kerja sama dengan Fedi, Manda, semuanya dan juga kru-kru lain-lain. Itu semuanya pas lagi take lancar ya, cuman sebelum take itu jadi ada proses diskusi ada pemahaman karakter, ada ini kok ceritanya begini, apakah ada baiknya sebaiknya begitu seperti itu sih. Jadi bukan retake tapi lebih kepada diskusi before we take."

8. Ada Gak Quotes Yang Menurut Kalian Bagus Banget di Film Ini?

KapanLagicom/Adrian Utama Putra

Fedi Nuril: "Ada dialognya Anika, 'kamu berhak berduka aku berhak bahagia' dan ada dialog itu hampir hilang loh dari skenario."
Sari Nila: "Oh demi apa serius?"

Fedi Nuril: "Jadi ada revisi draft, lu baca lagi, kayaknya ada yang hilang dah kok ada yang kurang ya terus dialog itu mana 'Kamu berhak berduka Aku berhak bahagia' iya kok jadi nggak ada ya. Karena ada tim desainnya tuh udah bikin tagline itu untuk jadi stiker untuk bahan promo. Lah kan kasihan yang capek-capek desain di film nggak ada dialog itu gitu kan. Akhirnya ada ya itu bagus, bagus dan penting untuk menunjukkan ya itu lu boleh berduka tapi bukan berarti lu boleh bikin semuanya berantakan juga sih gitu itu bagus.

Sari Nila: "Nah kalau aku mungkin karena aku ingat apa yang dikatakan oleh Windy ada satu quotes kita waktu lagi berantem 'Lo, gue ngelakuin ini karena gue sayang sama lo sebagai adik gue'. Jadi memang quotes itu mencurahkan isi hati kakaknya bahwa gue pengen lu bahagia walaupun sedikit ngeselin cuman we do this things karena pengen lo sama anak lo bahagia. Maka kita menghadirkan ini buat kehidupan lo'."

Fedi Nuril: "Dan dialog tersiratnya adalah karena gue pengen nyaman segera nih gue nggak calon gue nggak nyaman ngelihat lu begini."
Sari Nila: "Nggak lah, haha."
Fedi Nuril: "Dia merepresentasikan orang-orang yang nggak sabar."

(Ramai kabar perceraian dengan Raisa, Hamish Daud sebut tudingan selingkuh itu fitnah.)

(kpl/cvn)

Rekomendasi
Trending