KapanLagi Talks - Ryan Adriandhy Sutradara Film 'JUMBO': Dari Keresahan dan Ketekunan yang Berbuah Manis
Ryan Adriandhy dan Anggia Kharisma (cr: KapanLagicom/Daniel Kampua)
Kapanlagi.com - Di balik lahirnya film JUMBO, ternyata ada keresahan yang menjadi pemicu utama terciptanya karya ini. Bukan sekadar keinginan untuk berinovasi, tapi juga dorongan untuk menghadirkan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak dan keluarga.
Anggia Kharisma, produser sekaligus sosok di balik Visinema Studios, mengungkap dalam KapanLagi Talks bahwa keresahan ini berasal dari kelangkaan konten yang benar-benar berkualitas untuk penonton keluarga di Indonesia. Sebagai seorang ibu, ia merasakan langsung sulitnya menemukan tontonan yang aman, mendidik, sekaligus menyenangkan bagi anak-anak. Sementara itu, Ryan Adriandhy, sang sutradara, juga turut merasakan kegelisahan yang sama.
Dari sana, proses panjang pun dimulai. Ide berkembang, diskusi kreatif tak henti-hentinya digelar, hingga akhirnya JUMBO lahir sebagai film animasi layar lebar yang tak hanya menghibur, tapi juga mengandung nilai positif untuk keluarga Indonesia.
Advertisement
1. Keresahan Apa Sih yang Muncul Sebelum Akhirnya Ada Karya JUMBO?
Anggia Kharisma: "Oke kalau dari keresahan sih sebenarnya keresahan itu muncul karena minimnya konten yang baik untuk anak dan keluarga di Indonesia. Makanya kenapa Visinema Studios hadir untuk menjawab keresahan itu dan menjawab keresahan saya juga sebagai ibu gitu ya. Karena what if kita memulai dan membuat karya untuk memberikan konten baik tersebut gitu. Kalau bagus kan sebenarnya itu sangat relatif ya gitu tapi komitmen kita di Visinema Studios ingin menghadirkan konten yang baik untuk bisa dinikmati oleh anak dan keluarga di Indonesia."
Ryan Adriandhy: "Ya terus kita berpikir bahwa sebagai kreator sebagai pencerita gitu apa kiranya yang bisa kita lakukan gitu untuk menghadirkan konten tersebut. Akhirnya pembicaraannya mengerucut kepada medium animasi ya. Karena Visinema sendiri dan Visinema Studios juga mau mencoba terus mencoba inovasi-inovasi baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Akhirnya muncullah ide untuk membuat karya film layar lebar yang secara muatan konten baik untuk anak dan keluarga. Tapi kita juga pengen coba mediumnya animasi layar lebar gitu karena satu kita juga percaya bahwa medium animasi perlu hadir di industrinya gitu. Karena kita punya banyak sekali talenta talenta yang sangat berbakat gitu dan kita juga yakin banyak sekali cerita-cerita yang akan sangat baik sekali ketika dia diejawantahkan dalam bentuk film animasi. Dan dari situlah baru ada proses development kreatif, ada banyak sekali obrolan secara kreatif yang akhirnya melahirkan JUMBO."
(Di luar nurul, Inara Rusli dilaporkan atas dugaan perselingkuhan dan Perzinaan!)
2. Saat Proses Pengembangan Cerita, Risetnya Seperti Apa? Boleh Diceritakan?
Anggia Kharisma: "Oke yang pasti sih di dalam Visinema Studios kita punya tim riset sendiri ya yang banyak sekali berdiskusi bukan cuman dengan pakarnya tapi juga dialog langsung dengan anak-anak itu sendiri ya. Dan biasanya kita mengadakan forum group of discussions gitu dan kita memulai lagi dengan keresahan apa untuk kita bisa mendengar lebih baik lagi dari kacamata anak-anak, dari kacamata orang tua, dari kacamata kita sendiri dan bahkan kita punya momen refleks untuk berbicara dengan anak-anak di dalam diri kita. Karena pada dasarnya yang kita lakukan di sini adalah kita ingin menghadirkan konten yang kita buat gitu ya secara sadar, secara mindful untuk kita semua, untuk anak-anak kita dan untuk anak-anak di dalam diri kita. Jadi proses di dalamnya itu jadi sesuatu yang penting buat kita dan akhirnya sama-sama ngajarin kita untuk belajar lagi mendengarkan lebih baik. Terus berkomunikasi lebih baik lagi, bukan cuman dengan telinga saja, bukan cuman dengan mata aja. Tapi juga dengan hati ya karena kesungguhan kita men develop ceritanya itu jadi sesuatu yang menurut kita proses yang luar biasa menyenangkan."
Ryan Adriandhy: "Betul dan tentunya juga kita melihat kembali gitu sebagai manusia yang bertumbuh di Indonesia kira-kira nilai-nilai apa sih yang dekat dengan kita, yang kita percaya baik untuk terus diteruskan ke generasi generasi berikutnya. Salah satunya termasuk nilai kekeluargaan, persahabatan, empati dan itu menurut kami juga kami masukkan ke dalam pengembangan cerita sebagai landasan yang sangat mendasar ya gitu. Kita bisa bilang berbaik kepada semua makhluk be kind to all beings gitu. Jadi itu juga menjadi nyawa dari proses kreatifnya juga. Di mana tadi Mbak Anggi udah bilang ada ruang untuk saling mendengarkan karena kita percaya di Visinema Studios all voice matters. Semua suara, semua ide, semua pendapat itu nilainya sama dalam proses pengembangan karya kreatif."
Anggia Kharisma: "Dan yang jauh lebih penting daripada itu adalah your stories actually matters for us. Jadi proses kolaboratif yang kemudian kita kolaborasikan bersama yang kemudian juga kita sharing lagi untuk bisa menghasilkan cerita yang nggak jauh penting adalah beresonansi untuk membuat cerita itu rasanya kayak kita lagi dipeluk ya Yan ya."
Ryan Adriandhy: "Betul."
3. Apa Yang Membuat Produksi Film Ini Mencapai 5 Tahun Mengingat Sudah Ada Ratusan Animator yang Terlibat?
Ryan Adriandhy: "Ya mungkin ini yang membedakan animasi dengan film yang tidak animasi atau kita sebutnya film live action gitu. Karena memang ketika kita berbicara medium animasi ini adalah medium bercerita yang berbeda dengan film live action. Di mana live action kita bekerja dalam ruang dan waktu yang sama antara orang yang di belakang kamera dengan aktor yang bermain di depan kamera, sehingga sifatnya dia adalah merekam kejadian dan dijadikan cerita. Sementara animasi semua yang kita tonton di dalam layar itu harus digubah, harus dibuat semuanya dari karakter dunianya gitu dan itu membutuhkan ketekunan. Karena jika film itu diputar dalam speed 24 frame per detik artinya dalam satu detik tontonan ada 24 gambar yang mana ketika film live action dia bisa merekam satu detik itu otomatis. Sementara film animasi per frame-nya harus dibuat, sehingga untuk membuat satu detik tontonan animasi kami harus mengulang proses pembuatan gambar itu selama 24 kali. Jadi itu yang secara signifikan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan film live action sebenarnya lebih kepada itu."
Anggia Kharisma: "Tapi kalau aku boleh tambahin proses 5 tahun itu adalah proses yang sangat lumrah terjadi dalam proses pembuatan animation. Karena di animation kita bukan hanya berbicara timeline tapi kita juga berbicara soal vibe line dan yang nggak kalah penting adalah proses daripada penulisan story-nya sendiri. Karena untuk proses story development kita memakan waktu sekitar satu setengah tahun ya. Jadi kalau bisa dibilang prosesnya tuh hampir memakan waktu 6 tahun dan itu adalah proses yang luar biasa bukan memaksa kita. Tapi membuat kita lebih berkesadaran untuk bukan cuman disiplin tapi juga jauh lebih sabar menikmati prosesnya. Karena kita harus berkolaborasi dengan lebih dari 420 orang kreator tersebut gitu. Dan i'm very happy karena aku memiliki seorang director yang sangat sabar untuk bisa sekali menahkodai kapal kami untuk kemudian akhirnya bukan cuman berlayar tapi juga berlabuh di hati para penonton di Indonesia."
4. Dari Segi Teknis, Apa Kendala Terbesar yang Akhirnya Kalian Semua Bilang 'Worth It Sih Emang'
Ryan Adriandhy: "Ini pribadi aku ya challenge ya mungkin aku bilang bisa bilang tantangan. Tantangan terbesar mengerjakan JUMBO adalah kalau teman-teman sudah nonton. Jadi saya itu sudah punya lagu sebagus 'Selalu Ada di Nadimu' dari 2023 tapi saya nggak boleh spill ke siapa-siapa. Itu susahnya minta ampun ya, saya nggak boleh nyanyi, nggak boleh nge spill liriknya ber-humming nya itu nggak boleh. Tapi ya itu pribadi, cuman kalau yang membuat akhirnya semua worth it adalah karena ini dengan kesadaran penuh aku bilang ke produser juga bahwa ini adalah karya banyak orang dan aku minta itu di state di filmnya bahwa ini adalah karya banyak orang sampai 400 orang lebih yang memang mereka juga semua sangat penuh passion dan sangat penuh cinta terhadap mediumnya dan ingin memberikan yang terbaik di film animasi JUMBO. Tentu tantangannya adalah bagaimana kita bisa merangkul ratusan orang yang mungkin di kepalanya berbeda-beda tapi harus kita bisa peluk bersama-sama sehingga visinya tuh sama untuk menghadirkan tontonan seperti apa sih, produk terakhirnya JUMBO seperti apa gitu. Dan tentunya juga bekerja sama dengan para aktor dari berbagai usia, ada yang sudah sangat senior, ada yang baru mulai gitu. Jadi banyak sekali sih tantangan untuk mengkomunikasikan pengerjaan film JUMBO ini. Tapi semuanya worth it ketika akhirnya filmnya jadi dan dengan lengkap bisa kita tonton bersama-sama gitu. Itu semua lelah tak akan tersia seperti lirik lagunya. Oh boleh ada tepuk tangan ya seperti lenong ya, ada yang main gendang di situ nggak ada."
Anggia Kharisma: "Kalau dari aku aku bilangnya it's actually a good challenge karena lebih daripada itu adalah bagaimana kita bisa membuat semua orang yang kemudian mendukung kami secara ekosistem tuh percaya sama film kita. Baik itu dari para stakeholders, baik itu daripada investors karena ceritanya kan masih akan nanti nih gitu. Tapi bagaimana membuat mereka percaya itu adalah sesuatu yang menurutku it's very good challenge dan kita kayaknya bisa melewati itu semua. Karena kita percaya sama apa yang kita ingin karyakan bersama gitu. Jadi spirits daripada kolaboratifnya itu yang membuka ruang kita merasa it's all worth it gitu. Karena kuncinya tuh bukan cuman di capital saja. Tapi bagaimana kita bisa mendisiplinkan diri dan aku selalu bilang sama teman-teman it's actually labor of love. Kalau aku sama Ryan sama Novi partner produserku percaya kerja keras itu pilihan, tapi kerja hati itu it'sa must gitu. Dan itu sesuatu yang kita percayai dari dalam gitu dan ketika kita bertemu dengan lebih dari 400 kreator rasa-rasanya tuh kita punya visi yang sama. Karena apa yang kita lakukan di sini actually is open door bukan untuk Visinema Studios aja. Tapi ini juga buat industri animasinya juga bisa lebih sustain lagi."
5. Apa yang Membuat Visinema Optimis pada JUMBO? Apakah Karena Melihat Kesuksesan Nussa?
Ryan Adriandhy: "Jadi sebenarnya gini aku sangat-sangat berterima kasih sekali sebagai seorang pencerita yang memang sudah lama sekali pengen menghadirkan karya animasi. Dan aku menemukan rumahku di Visinema Studios gitu. Mungkin sedikit cerita, sebelum ketemu visionema studios beberapa kali aku mengalami kesulitan lah untuk untuk menjadikan film ini katakanlah berangkat gitu ya take off dari kick off-nya gitu. Selalu ketika aku mencoba menjelaskan bahwa ini akan lebih lama dari film life action akan membutuhkan waktu yang lebih lama, tim yang lebih besar dan segala macam pasti aku selalu ditanya gitu 'memang sudah pernah ada sukses story-nya di Indonesia, film yang dibuat sekian lama dan segala macam'. Tapi ketika aku datang ke Visinema Studios bertemu dengan Mas Angga Dimas Sasongko. Aku masih ingat sampai sekarang ketika aku cerita ini Mas Angga dengan antusias justru dia bertanya balik 'mau nggak kita jadi sukses story-nya?' gitu. Jadi itu juga yang mungkin kepercayaan yang sangat besar itu yang aku merasa sangat-sangat berharga sekali ya seperti ketemu treasure gitu. Sehingga ketika itu optimisme itu pun juga menurun kepada seluruh tim gitu yang tadi dia bilang ini juga open door untuk banyak orang di luar sana yang selama ini punya mimpi untuk menghadirkan karya animasi yang dibuat dengan baik untuk Indonesia gitu. Bahkan kemarin setelah JUMBO tayang banyak sekali yang berbagi ke kami gitu bahwa terima kasih karena JUMBO ada mimpi menjadi animator yang udah aku kubur sekarang menyala lagi dan seperti itu. Jadi kalau dari aku mungkin lebih dari sisi aku yang menerima trust-nya dari Visinema Studios. Nah kalau Visinema Studiosnya kenapa trust aku? Ha ha aku tanya balik ke sini (sambil menunjuk Anggia selaku produser."
Anggia Kharisma: "Terima kasih Ryan pertanyaannya. Jadi mungkin kita bisa diskusi bersama ya tapi yang pasti ini sesuatu yang menurutku aku bilangnya ketika kita satu vibrasi sama vision kita maka kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang tepat. Dan itu sesuatu yang sangat sulit ya diuraikan gitu dan waktu itu aku dan Angga punya kegelisahan yang sama terhadap konten. Karena kita adalah orang tua dan begitu kita ketemu dan dikenalin sama Ryan diskusi panjang lebar terhadap vision-nya Ryan dan aku ingat banget pertanyaannya tuh sederhana banget 'Ryan tuh sebenarnya pengennya jadi apa sih?' Aku ingat banget jawabannya Ryan waktu itu kalau ada orang yang tanya Teh 'Siapa animator di Indonesia yang bisa membuat animasi dengan baik Ryan bilang, orangnya itu aku Teh'. Dan aku ngerasa posisi itu adalah posisi di mana Ryan memiliki confident-nya bahwa ketika aku bekerja dengan seseorang sepenuh hati. Apapun bisa kita kerjakan bersama-sama dan itu yang membuat saya pribadi sangat percaya sama vision-nya Ryan gitu dan banyak hal yang akhirnya ketika kita komunikasikan bersama kemudian kita diskusikan bersama it's actually sparks of joy. Dan aku bersyukur sekali sama elemen-elemen yang menurutku elemen rasa yang paling penting yaitu adalah ketika kita memaknai proses kolaborasinya dan aku bisa bersama-sama dengan Ryan, bersama Pak Heri, bersama juga dengan Pak Heri actually hour CEO di Visinema Studios, bersama juga dengan Angga CEO daripada Visinema dan juga seseorang yang dari awalnya percaya bahwa animasi di Indonesia tuh bisa menjadi sesuatu yang lebih besar lagi. Dan itu yang bikin kita align untuk akhirnya kita bisa berlayar bersama untuk mengeluarkan konten yang hopefully ke depannya bisa jauh lebih baik lagi untuk dijadikan ruang diskusi untuk banyak sekali keluarga yang sebenarnya merindukan konten yang bisa dinikmati bersama bukan cuman untuk anak-anak saja."
Ryan Adriandhy: "Kok interview-nya jadi gue yang terharu ya, terima kasih ya."
6. Bagaimana Ceritanya Film JUMBO Bisa Mendapat Akses Untuk Tayang di 17 Negara?
Anggia Kharisma: "Oke waktu itu memang kita percaya bahwa cerita yang kita hadirkan di JUMBO tuh very local content, akarnya tuh sangat Indonesia. Banyak sekali kearifan lokal yang kalau teman-teman udah nonton bisa dimaknai, bisa dinikmati bahkan bisahmm throw back ya, rasanya gitu. Nah bagaimana cerita lokal itu bisa menjadi sesuatu yang bermakna di Global dan rasa-rasanya juga tidak kalah bersaing dengan karya animasi luar. Itu yang coba kita sematkan di film JUMBO. Ada proses di mana kami melakukan trip lah ya waktu itu di cans com festival bertemu dengan beberapa orang yang kemudian cita citanya tuh gimana caranya film JUMBO itu juga bisa menjumbokan dunia. Nah dari situ kita akhirnya bertemu dengan beberapa partner yang kemudian bisa menjadi partner yang membawa JUMBO untuk terbang lebih jauh lagi. Yang Puji Tuhan sih akan ada lebih dari 17 negara, nambah gitu. Dan salah satunya adalah Singapura, Brunei akan ada beberapa negara di Eropa Timur dan akan juga ada beberapa negara di Timur Tengah yang bisa menikmati JUMBO. Jadi hopefully buat kamu yang lagi menonton kita siapa tahu aja filmnya main di negara kamu."
Ryan Adriandhy: "Soalnya kemarin banyak tuh di sosial media yang FOMO karena di Indonesia lagi seru terus kayak 'nggak ditayangin di luar negeri kita juga pengen nonton' gitu. Ya semoga entar nyampe ke kalian ya JUMBOnya."
7. JUMBO jadi film animasi terlaris di ASEAN, Apakah Pencapaian Ini Sesuai Target Awal?
Ryan Adriandhy: "Ini barusan kami duduk ya Mbak Anggi masih kayak 'Ryan kita kayak mimpi ya' gitu. Iya kalau jujur pada saat itu kalau dari aku ke Mbak Anggi aku nggak pernah tuh bilang kayak 'ayo kita bikin film animasi sampai jadi film animasi terbesar di Asia tenggara' itu nggak pernah ngomong kayak begitu. Aku datang ke Anggia percaya bahwa waktu itu mimpinya adalah menjadi besar di rumah sendiri dulu gitu. Aku pengen banget menunjukkan dan membakar semangat para kreator juga terutama juga para penontonnya ya bahwa di Indonesia tuh bisa kok kita punya tontonan dalam bentuk animasi yang dibahasakan dengan bahasa ibu kita sendiri yang juga nilainya dekat dengan kita gitu. Tapi ya Puji Tuhan ya mungkin apa yang kita coba sampaikan banyak sekali mengena ke hati banyak orang gitu. Sehingga kita sangat-sangat terharu ya sampai hari ini gitu betapa banyak cinta yang berbalik dari penontonnya gitu dan bukan hanya dari keluarga saja. Tapi juga dari aduh banyak banget demografi penonton yang bahkan aku nggak nyangka segitu sukanya sama JUMBO sampai share di sosmed apa ada yang nonton 4x5 kali ngasih lihat tiketnya ada yang 8 kali gitu. Jadi aku sih merasa ketika akhirnya diterima sampai begitu besar hingga ke Asia Tenggara tentunya nggak pernah ada di khayalanku juga nggak pernah ada gitu ya. Maksudnya sampai kita pernah goal seperti itu dan tentunya ini tidak lepas dari kolaborasi dan penuh cinta dari 420 kreator itu gitu nggak tahu kalau Teh Anggia pernah nggak 'wah ayo kita taklukkan South East Asia gitu."
Anggia Kharisma: "Tapi sebenarnya buat aku pribadi beyond my wildest dream gitu dan apa yang kita rasakan sekarang actually overwhelmed me the good way. Jadi nggak ada kata tidak bersyukur tanpa libur atas semua pencapaiannya dan semua pencapaian ini adalah bentuk proses kerjasama yang sangat kolaboratif. Bukan hanya dari kita the maker-nya or creator-nya, tapi juga kerjasama daripada tim promotion-nya yang juga bisa membawa JUMBO terbang lebih jauh lagi. Bisa juga berkomunikasi dengan ruang-ruang yang rasanya dulu tuh susah untuk kita capai tapi lebih daripada itu ada bahasa JUMBO yang secara emosional sangat universal yang akhirnya bisa memeluk banyak hati banyak orang banyak diskusi yang bentuknya refleksi yang membuat mereka kemudian merasa terpanggil untuk menonton JUMBO bukan hanya sekali namun berkali-kali gitu. Dan rasanya hmm itu yang kita maknai sekarang gitu tapi mimpi untuk membuat JUMBO terbang lebih tinggi tuh sebenarnya sesimpel bahwa semoga kita bisa men-JUMBO-kan Indonesia sama men-JUMBO-kan dunia gitu. Tapi dengan cara apa dengan cara cara yang gentle. Karena aku percaya film adalah medium di mana kita bisa melakukan banyak sekali soft diplomasi untuk kita bisa mengenalkan apa yang menjadi akar budaya Indonesia. Namun ceritanya lagi-lagi bisa juga disandingkan di Global. Nah cita citanya sih seperti itu gitu tapi again kalau aku sama rian selalu diskusi it's a village to grow child also it take the village untuk grow animation industrie hopefully ini bisa jadi berkat buat banyak orang, industri animasinya sustain. Semakin banyak lagi mereka yang akhirnya tergerak hatinya untuk membuat konten yang lebih baik lagi buat anak-anak dan keluarga di Indonesia, amin."
8. Dengan Semua Pencapaian Ini, What's The Next Step?
Ryan Adriandhy: "Tentunya sih kalau dari JUMBO sendiri memang kita tidak ingin berhenti di satu film aja ya. Karena ini kita bukan hanya melahirkan satu buah film tapi aku percaya kita sudah menghasilkan universe kecil dengan karakter-karakternya juga yang sekarang. Banyak sekali ternyata beresonansi dengan banyak penonton dengan dan banyak sekali yang bertanya sebenarnya di luar yang diceritakan di film JUMBO. Mereka pengen mengenal lebih dalam karakter karakternya bahkan ada yang pengen tahu back story-nya tiga kambing Norman sampai sedetail itu gitu. Jadi aku sih berharap akan ada bentuk eksplorasi penceritaan lain untuk dunia JUMBO ya yang kita harapkan juga akan sama dikerjakannya dengan penuh hati juga dengan bersama-sama juga. Tapi kalau tentunya dari apa yang kami alami sekarang, apa yang kami capai sekarang membuat kami di Visinema Studios lebih semangat lagi untuk mengeksplor storytelling dalam medium animasi bahkan juga dari live action ya. Jadi tunggu aja, doakan prosesnya lancar supaya kami bisa selalu hadir di tengah tengah dunia kalian, haha."
Anggia Kharisma: "Kalau dari Visinema Studio sendiri dan Visinema actually kita kan IP story teller company kan dan JUMBO itu salah satu bentuk dari evergreen IP kita. Jadi tungguin aja karena akan banyak bentuk daripada alih wahana JUMBO sendiri yang akan hadir dengan banyak mediumnya. Dari semua sisi ya dari sisi penceritaan dari sisi karakter yang paling penting sekarang magical feeling-nya adalah ternyata karakter karakter daripada JUMBO itu sendiri bisa memeluk hati banyak orang dan itu yang memeluk hatinya lintas generasi. I think dari situ apa yang terjadi sekarang itu justru malah menambah dan mengeksplorasi tentakel kami untuk bisa melahirkan lagi karya-karya yang bisa semoga beresonansi lagi untuk anak dan keluarga Indonesia gitu. Dan tentu saja dimaknai oleh kita semua karena harapannya jauh daripada itu cita-cita saya Ryan, Angga, Novia juga dan pak Heri di Visinema Studios tuh lebih daripada itu. Penonton JUMBO sekarang actually adalah penonton Indonesia di masa depan bahwa mereka jauh lebih daripada itu adalah mereka bisa menjadi kreator, bisa menjadi sutradara animasinya bahkan. Intinya lebih daripada itu proses pembuatan evergreen IP itu pasti membutuhkan kolaborasi yang kemudian selaras dengan apa yang sebenarnya diinginkan oleh penontonnya. Tungguin aja JUMBO mungkin akan lebih banyak lagi memeluk dengan banyak bentuk lainnya."
9. Beberapa Waktu Belakangan, Visinema Studios Banyak Mengangkat Cerita Adaptasi, Apakah Pada Project Selanjutnya Akan Menggunakan Formula yang Sama?
Anggia Kharisma: "Tapi yang pasti kalau untuk JUMBO sendiri itu adalah original story dari Visinema Studios. So cerita original, sutradara pertama ya kan ha ha dan untuk animasi sebenarnya itu adalah animasi keduanya Visinema Studios karena yang pertama kita punya Nussa The Movie. Untuk nantinya kita masih sangat eksporatif kita masih sangat open sama semua ideation so what is is possible jadi ya bisa aja."
10. Salah Satu Ciri Khas Visinema Studios Adalah Menggandeng Seniman Indie dalam Setiap Projectnya. Boleh Diceritakan seperti Apa Movitasinya? Apakah Ini Juga Akan Terus Dipertahankan?
Anggia Kharisma: "Sekarang yang pasti di Visinema Grup kami percaya bahwa talenta itu ada banyak sekali di Indonesia. Dan it's more about paying forward bagaimana kita diberikan kesempatan yang luar biasa sama semestanya, sama industrinya. Jadi ini adalah momen yang tepat untuk mengajak teman-teman yang ingin grow along untuk bisa melangkah lebih lagi. Dan aku percaya banget Visinema selalu membuka ruang itu ya karena kita bisa bertumbuh bersama-sama that's why banyak talenta baru yang kemudian lahir karena mereka memiliki visi yang sejalan to creating something that really matters, saya rasa itu. Dan akhirnya aku percaya energi baru dari setiap talenta tersebut juga akhirnya kemudian menghasilkan karya-karya yang bentuknya luar biasa gitu. Salah satunya ada Ryan Adriandhy juga gitu ya, kita juga punya Christian Emanuel yang akhirnya bertumbuh di Visinema bukan cuman hanya sebagai casting director pada awalnya. Namun kemudian juga bisa jadi produser dan Ryan juga di Visinema Studios bukan hanya sebagai director tapi juga sebagai head of animation di Visinema. Termasuk juga dengan partner produser saya Novia Puspasari yang awalnya hanyalah anak yang kemudian anak yang tadinya magang. Lalu kemudian kita melihat bahwa ada banyak sekali interest-nya dia yang dia kemudian lakukan dengan cara cara yang luar biasa untuk bisa membuat dirinya step up dan kemudian akhirnya dia bisa menjadi seorang senior produser yang ada di Visinema Studios. Jadi actually kita senang sekali untuk bisa mengajak teman-teman buat bertumbuh bersama."
(Di tengah kondisi kesehatan yang jadi sorotan, Fahmi Bo resmi nikah lagi dengan mantan istrinya.)
(kpl/cvn)
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Mau Foto Astetik? Kamera Mini Andalan Anak Skena yang Lagi Viral Ini Patut Dicoba
-
Teen - Fashion Hangout Pilihan Jam Tangan Stylish untuk Anak Skena yang Mau Tampil Lebih Standout
