Momen VideoCall Shakira - Denada, Lucu Menggemaskan Lagi Bikin Video Clip!
Diterbitkan:

© KapanLagi.com/Bayu Herdianto
Kapanlagi.com - Kondisi kesehatan Shakira Aurum kini makin membaik. Denada menuturkan program kemoterapi sang anak mulai berkurang.
"Masih di Singapura, masih menjalani protokol kemoterapinya. Walau sudah jarang kemonya, cuma program kemoterapinya masih ada sampai tahun depan," ungkap Denada dalam wawancara eksklusif bersama KapanLagi beberapa waktu yang lalu.
Advertisement
1. MY GIRL AND I: Romansa Tragis yang Menggetarkan Hati Penonton Korea
‘My Girl and I’ menjadi salah satu film adaptasi Jepang yang paling mengena secara emosional. Dengan menampilkan Cha Tae-hyun dan Song Hye-kyo, film ini menggambarkan perjalanan cinta remaja yang manis namun memilukan. Ceritanya berakar dari film Jepang Crying Out Love in the Center of the World yang sangat populer pada masanya.
Film ini mengeksplorasi tema cinta pertama dan kehilangan dalam cara yang sangat menyentuh. Sutradaranya memadukan elemen-elemen nostalgia dengan nuansa khas Korea, menjadikan pengalaman menontonnya begitu intim dan dekat.
Dengan latar belakang SMA dan perkembangan karakter yang kuat, ‘My Girl and I’ tak hanya memikat dari sisi cerita, tapi juga visual. Drama ini memperlihatkan bagaimana cinta pertama bisa meninggalkan jejak yang tak lekang oleh waktu.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. GOING BY THE BOOK: Adaptasi Komedi Satir yang Melesat Jadi Hit Lokal
Going By The Book (Image by Mydramalist.com).
Film Going By The Book menunjukkan bagaimana Korea mampu mengubah komedi khas Jepang menjadi tontonan lokal yang relevan dan menggelitik. Diadaptasi dari film Jepang Asobi no jikan wa owaranai, versi Korea ini menghadirkan polisi yang terlalu patuh aturan dalam simulasi perampokan bank.
Karakter utamanya menjadi simbol dari sistem birokrasi yang kaku dan lucu dalam waktu bersamaan. Film ini menjadi cerminan sindiran sosial terhadap peraturan yang kerap dijalankan tanpa mempertimbangkan akal sehat.
Keberhasilan film ini di Korea disebabkan oleh kombinasi:
Humor yang tajam dan tidak berlebihan
Pacing cerita yang cepat dan menghibur
Karakter unik yang relatable
Tak heran jika film ini menjadi salah satu komedi yang dikenang karena berhasil mentransformasi ide sederhana menjadi tontonan luar biasa.
Advertisement
3. LUCK-KEY: Identitas Tertukar dalam Balutan Aksi dan Komedi Khas Korea
‘Luck-Key’ adalah adaptasi dari film Jepang Key of Life, yang menawarkan kisah pertukaran identitas antara pembunuh bayaran dan aktor gagal. Di tangan sineas Korea, cerita ini berubah menjadi tontonan penuh warna dan penuh kejutan.
Yoo Hae-jin menampilkan performa gemilang sebagai pembunuh bayaran yang kehilangan ingatan, sedangkan Lee Joon memerankan aktor yang secara tak sengaja mengambil alih kehidupannya. Perpaduan keduanya menciptakan dinamika cerita yang lucu dan menghangatkan hati.
Film ini mengandalkan:
Elemen slapstick dan komedi situasi
Aksi ringan yang mendukung cerita
Dialog yang cerdas dan tajam
Kesuksesan ‘Luck-Key’ di box office menunjukkan bahwa adaptasi bisa memberikan kehidupan baru pada cerita lama, selama dilakukan dengan pendekatan lokal yang kuat.
4. BE WITH YOU: Adaptasi Romantis yang Menyentuh Jiwa Penonton
Be With You (Image by Mydramalist.com).
‘Be With You’ diadaptasi dari film Jepang Be With You (2004), namun versi Korea yang dibintangi So Ji-sub dan Son Ye-jin membawa sentuhan emosional yang lebih kuat. Film ini mengisahkan seorang ibu yang berjanji akan kembali kepada keluarganya setelah kematian, dan keajaiban itu pun terjadi.
Adaptasi ini unggul dalam pembangunan atmosfer dan chemistry antara pemeran utamanya. Latar alam yang indah dan sinematografi yang lembut memperkuat pesan cinta dan kehilangan dalam narasi.
Beberapa elemen penting dalam versi Korea:
Musik latar yang mendalam dan dramatis
Dialog penuh makna tanpa kesan berlebihan
Emosi yang dibangun perlahan tapi menggugah
‘Be With You’ menjadi salah satu film adaptasi yang paling sukses secara emosional, mampu membuat penonton merenungi arti cinta dan pengorbanan.
5. JOSÉE: Nuansa Melankolis dalam Cinta yang Sunyi
JOSÉE (Image by Mydramalist.com).
‘Josée’ merupakan film Korea tahun 2020 yang diadaptasi dari Josee, the Tiger and the Fish, yang berasal dari cerita pendek karya Seiko Tanabe. Film ini membawa pendekatan berbeda dengan menggambarkan hubungan yang diam-diam berkembang antara seorang mahasiswa dan wanita difabel.
Nam Joo Hyuk dan Han Ji Min tampil dalam nuansa cerita yang tenang dan reflektif. Tidak banyak dialog berlebihan, namun setiap adegan berbicara banyak tentang rasa kesepian dan pencarian makna hidup.
Adaptasi ini menggarisbawahi:
Realisme dalam hubungan manusia
Kesendirian sebagai kekuatan penceritaan
Kekuatan sinematografi untuk membentuk mood
Berbeda dari versi Jepang yang sedikit lebih ringan, film Korea ini memilih jalur yang lebih sunyi, mendalam, dan melankolis.
6. Mengapa Film Jepang Sering Diadaptasi di Korea?
Adaptasi film Jepang oleh Korea bukan hanya soal popularitas cerita, tetapi karena kesamaan emosional dan nilai budaya yang kuat di antara kedua negara. Hal ini membuat narasi dari Jepang lebih mudah diterjemahkan secara emosional ke dalam konteks Korea.
Faktor-faktor yang membuat cerita Jepang menarik untuk diadaptasi:
Struktur naratif yang kuat
Tema universal seperti cinta, kehilangan, identitas
Karakter yang kompleks namun relatable
Dengan mengganti setting dan sedikit pendekatan emosional, film Korea mampu menghadirkan kisah yang akrab dan menyentuh penonton lokal.
7. Perbedaan Gaya Naratif dalam Adaptasi Film Korea dari Jepang
Salah satu daya tarik dari film adaptasi adalah perbedaan gaya naratif yang digunakan oleh Jepang dan Korea. Film Jepang cenderung memilih gaya minimalis dan simbolis, sedangkan versi Korea lebih ekspresif dan dramatis.
Hal ini bukan sekadar perbedaan gaya, tapi juga strategi untuk mendekatkan cerita dengan audiens masing-masing. Korea sering menambahkan lapisan emosi yang intens, menjadikan cerita terasa lebih hidup.
Ciri khas gaya adaptasi Korea antara lain:
Pengembangan karakter yang lebih dalam
Emosi yang lebih eksplisit
Narasi yang lebih berlapis dan dinamis
Dengan begitu, adaptasi tidak sekadar menyalin cerita, tetapi juga memperkaya dan memperluas makna yang bisa ditangkap penonton.
8. Film Adaptasi sebagai Jembatan Budaya: Peluang dan Tantangan
Adaptasi film lintas negara bukan tanpa tantangan. Mulai dari penerjemahan budaya, ekspektasi penonton, hingga keaslian cerita sering kali menjadi isu yang sensitif. Namun jika dilakukan dengan hati-hati, film adaptasi justru menjadi jembatan budaya yang mempererat hubungan antarnegara.
Kunci keberhasilan adaptasi terletak pada:
Penghormatan terhadap sumber asli
Penyesuaian konteks budaya
Penambahan elemen lokal yang relevan
Fenomena ini menunjukkan bahwa kekuatan cerita tidak terikat pada satu bahasa atau budaya. Justru lewat adaptasi, cerita lama bisa menemukan kehidupan barunya dan menjangkau lebih banyak hati.
Pertukaran Budaya yang Menghidupkan Kembali Cerita Lama Pertukaran budaya antara Korea Selatan dan Jepang tak hanya terjadi dalam musik dan makanan, tetapi juga sangat terasa dalam industri perfilman. Adaptasi film menjadi jembatan kreatif yang memperlihatkan bagaimana satu cerita dapat disampaikan ulang dengan rasa dan sudut pandang yang berbeda.
Dari drama romantis yang menguras air mata hingga komedi penuh sindiran sosial, film Korea hasil adaptasi dari film Jepang ini mampu menghadirkan nuansa baru tanpa kehilangan esensi aslinya. Proses adaptasi ini juga membuka jalan bagi film-film tersebut untuk menjangkau penonton lintas negara.
Berikut adalah daftar film Korea yang berhasil mengadaptasi film Jepang dengan cemerlang. Setiap film membawa warna lokal khas Korea, sambil tetap menghormati cerita yang telah lebih dulu menyentuh hati penonton Jepang.
[H2] MY GIRL AND I: Romansa Tragis yang Menggetarkan Hati Penonton Korea ‘My Girl and I’ menjadi salah satu film adaptasi Jepang yang paling mengena secara emosional. Dengan menampilkan Cha Tae-hyun dan Song Hye-kyo, film ini menggambarkan perjalanan cinta remaja yang manis namun memilukan. Ceritanya berakar dari film Jepang Crying Out Love in the Center of the World yang sangat populer pada masanya.
Film ini mengeksplorasi tema cinta pertama dan kehilangan dalam cara yang sangat menyentuh. Sutradaranya memadukan elemen-elemen nostalgia dengan nuansa khas Korea, menjadikan pengalaman menontonnya begitu intim dan dekat.
Dengan latar belakang SMA dan perkembangan karakter yang kuat, ‘My Girl and I’ tak hanya memikat dari sisi cerita, tapi juga visual. Drama ini memperlihatkan bagaimana cinta pertama bisa meninggalkan jejak yang tak lekang oleh waktu.
[H2] GOING BY THE BOOK: Adaptasi Komedi Satir yang Melesat Jadi Hit Lokal Film Going By The Book menunjukkan bagaimana Korea mampu mengubah komedi khas Jepang menjadi tontonan lokal yang relevan dan menggelitik. Diadaptasi dari film Jepang Asobi no jikan wa owaranai, versi Korea ini menghadirkan polisi yang terlalu patuh aturan dalam simulasi perampokan bank.
Karakter utamanya menjadi simbol dari sistem birokrasi yang kaku dan lucu dalam waktu bersamaan. Film ini menjadi cerminan sindiran sosial terhadap peraturan yang kerap dijalankan tanpa mempertimbangkan akal sehat.
Keberhasilan film ini di Korea disebabkan oleh kombinasi:
Humor yang tajam dan tidak berlebihan
Pacing cerita yang cepat dan menghibur
Karakter unik yang relatable
Tak heran jika film ini menjadi salah satu komedi yang dikenang karena berhasil mentransformasi ide sederhana menjadi tontonan luar biasa.
[H2] LUCK-KEY: Identitas Tertukar dalam Balutan Aksi dan Komedi Khas Korea ‘Luck-Key’ adalah adaptasi dari film Jepang Key of Life, yang menawarkan kisah pertukaran identitas antara pembunuh bayaran dan aktor gagal. Di tangan sineas Korea, cerita ini berubah menjadi tontonan penuh warna dan penuh kejutan.
Yoo Hae-jin menampilkan performa gemilang sebagai pembunuh bayaran yang kehilangan ingatan, sedangkan Lee Joon memerankan aktor yang secara tak sengaja mengambil alih kehidupannya. Perpaduan keduanya menciptakan dinamika cerita yang lucu dan menghangatkan hati.
Film ini mengandalkan:
Elemen slapstick dan komedi situasi
Aksi ringan yang mendukung cerita
Dialog yang cerdas dan tajam
Kesuksesan ‘Luck-Key’ di box office menunjukkan bahwa adaptasi bisa memberikan kehidupan baru pada cerita lama, selama dilakukan dengan pendekatan lokal yang kuat.
[H2] BE WITH YOU: Adaptasi Romantis yang Menyentuh Jiwa Penonton ‘Be With You’ diadaptasi dari film Jepang Be With You (2004), namun versi Korea yang dibintangi So Ji-sub dan Son Ye-jin membawa sentuhan emosional yang lebih kuat. Film ini mengisahkan seorang ibu yang berjanji akan kembali kepada keluarganya setelah kematian, dan keajaiban itu pun terjadi.
Adaptasi ini unggul dalam pembangunan atmosfer dan chemistry antara pemeran utamanya. Latar alam yang indah dan sinematografi yang lembut memperkuat pesan cinta dan kehilangan dalam narasi.
Beberapa elemen penting dalam versi Korea:
Musik latar yang mendalam dan dramatis
Dialog penuh makna tanpa kesan berlebihan
Emosi yang dibangun perlahan tapi menggugah
‘Be With You’ menjadi salah satu film adaptasi yang paling sukses secara emosional, mampu membuat penonton merenungi arti cinta dan pengorbanan.
[H2] JOSÉE: Nuansa Melankolis dalam Cinta yang Sunyi ‘Josée’ merupakan film Korea tahun 2020 yang diadaptasi dari Josee, the Tiger and the Fish, yang berasal dari cerita pendek karya Seiko Tanabe. Film ini membawa pendekatan berbeda dengan menggambarkan hubungan yang diam-diam berkembang antara seorang mahasiswa dan wanita difabel.
Nam Joo Hyuk dan Han Ji Min tampil dalam nuansa cerita yang tenang dan reflektif. Tidak banyak dialog berlebihan, namun setiap adegan berbicara banyak tentang rasa kesepian dan pencarian makna hidup.
Adaptasi ini menggarisbawahi:
Realisme dalam hubungan manusia
Kesendirian sebagai kekuatan penceritaan
Kekuatan sinematografi untuk membentuk mood
Berbeda dari versi Jepang yang sedikit lebih ringan, film Korea ini memilih jalur yang lebih sunyi, mendalam, dan melankolis.
[H2] Mengapa Film Jepang Sering Diadaptasi di Korea? Adaptasi film Jepang oleh Korea bukan hanya soal popularitas cerita, tetapi karena kesamaan emosional dan nilai budaya yang kuat di antara kedua negara. Hal ini membuat narasi dari Jepang lebih mudah diterjemahkan secara emosional ke dalam konteks Korea.
Faktor-faktor yang membuat cerita Jepang menarik untuk diadaptasi:
Struktur naratif yang kuat
Tema universal seperti cinta, kehilangan, identitas
Karakter yang kompleks namun relatable
Dengan mengganti setting dan sedikit pendekatan emosional, film Korea mampu menghadirkan kisah yang akrab dan menyentuh penonton lokal.
[H2] Perbedaan Gaya Naratif dalam Adaptasi Film Korea dari Jepang Salah satu daya tarik dari film adaptasi adalah perbedaan gaya naratif yang digunakan oleh Jepang dan Korea. Film Jepang cenderung memilih gaya minimalis dan simbolis, sedangkan versi Korea lebih ekspresif dan dramatis.
Hal ini bukan sekadar perbedaan gaya, tapi juga strategi untuk mendekatkan cerita dengan audiens masing-masing. Korea sering menambahkan lapisan emosi yang intens, menjadikan cerita terasa lebih hidup.
Ciri khas gaya adaptasi Korea antara lain:
Pengembangan karakter yang lebih dalam
Emosi yang lebih eksplisit
Narasi yang lebih berlapis dan dinamis
Dengan begitu, adaptasi tidak sekadar menyalin cerita, tetapi juga memperkaya dan memperluas makna yang bisa ditangkap penonton.
[H2] Film Adaptasi sebagai Jembatan Budaya: Peluang dan Tantangan Adaptasi film lintas negara bukan tanpa tantangan. Mulai dari penerjemahan budaya, ekspektasi penonton, hingga keaslian cerita sering kali menjadi isu yang sensitif. Namun jika dilakukan dengan hati-hati, film adaptasi justru menjadi jembatan budaya yang mempererat hubungan antarnegara.
Kunci keberhasilan adaptasi terletak pada:
Penghormatan terhadap sumber asli
Penyesuaian konteks budaya
Penambahan elemen lokal yang relevan
Fenomena ini menunjukkan bahwa kekuatan cerita tidak terikat pada satu bahasa atau budaya. Justru lewat adaptasi, cerita lama bisa menemukan kehidupan barunya dan menjangkau lebih banyak hati.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/rna)
Rezka Aulia
Advertisement