Serunya Mengulik Tema 'Pasang Surut Superhero Indonesia Memukau Penggemar' di Event Movie Talk

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Serunya Mengulik Tema 'Pasang Surut Superhero Indonesia Memukau Penggemar' di Event Movie Talk
Event Movie Talk by Broscast Podcast & The Heroes Event © KapanLagi.com

Kapanlagi.com - Event Movie Talk yang digelar bersama komunitas Broscast Podcast & The Heroes Event pada Sabtu (23/9/2023) berlangsung seru dengan pembahasan menarik seputar Superhero. Seperti diketahui, Superhero dalam beberapa dekade terakhir berkembang pesat, dengan mengikuti berbagai perkembangan tren serta dinamika sosial di masyarakat. Muncul dari beragam varian, baik film tunggal, hingga rangkaian film yang menghubungkan banyak karakter dan plot secara berkesinambungan.

Bahkan pasca pandemi, berkembang lebih jauh lagi dengan mengeksplorasi konsep multisemesta. Hype ini juga diikuti produksi film Superhero dalam negeri, yang ingin mencoba memuaskan antusias penonton akan laga pahlawan super. Mulai dari Gundala sebagai karakter populer, Gatotkaca yang mengadaptasi epos mitologi, hingga banyak karakter imajinatif lain yang terinspirasi dari tokoh populer lain.

1. Dibandingkan dengan Superhero Luar Negeri

© KapanLagi.com

Meski sempat tertidur pada medio 2000-an hingga awal 2010-an, namun Superhero Indonesia mencoba bangkit dalam satu dekade terakhir. Namun sayang, kemunculan Superhero dalam negeri belum mampu memuaskan dahaga akan laga pahlawan ini.

Mau tidak mau, penonton sering sekali membandingkan dengan Superhero luar negeri, yang sudah mapan dan lebih matang dari berbagai sisi. Mulai dari sisi teknis, kematangan pengkarakteran, hingga plot cerita. Kritik terbesar sering kali muncul, bukan hanya soal special effect yang digunakan, namun juga plot yang dirasakan terlalu padat, namun minim penjabaran motivasi. Serta dianggap terlalu tersegmentasi pada penonton dewasa.

(Lagi-lagi bikin heboh! Setelah bucin-bucinan, sekarang Erika Carlina dan DJ Bravy resmi putus!)

2. Kendala Superhero Indonesia

© KapanLagi.com

Dari premis inilah diskusi MOVIE TALKS berangkat. Mencoba menggali apa yang sebenarnya menjadi kendala, tantangan serta masa depan Superhero dalam genre aksi. Kami menghadirkan RAHABI MANDRA sebagai penulis film 'SATRIA DEWA: GATOTKACA', guna mencari tahu apa yang sebenarnya menjadi penyebab dari sejumlah keresahan tadi.

Serta mendengar analisa SHANDY GASELLA, selaku kurator film, dalam melihat Superhero Indonesia. Dalam diskusi, akhirnya terungkap salah satu masalah besar dari Superhero Indonesia, adalah soal biaya produksi yang jauh tertinggal dibandingkan dengan film Superhero luar negeri.

Masalah ini menjadi dasar, karena sangat mempengaruhi belanja produksi yang berkaitan banyak dengan hasil akhir karya. Rahabi menjelaskan seringkali karya film Superhero sudah dibuat dengan riset mendalam, penyesuaian terhadap budaya populer yang berkembang, namun tidak maksimal tereksekusi karena masalah biaya produksi.

3. Kurangnya Diferensiasi Penokohan

© KapanLagi.com

Selain itu Superhero Indonesia juga disebut Rahabi, masih mencari pola signature otentik, yang mampu membedakan dengan Superhero luar negeri. Hal ini turut diamini Shandy, yang menganggap Superhero Indonesia masih kurang diferensiasi penokohan, sehingga membuat penonton kurang tertarik melihat apalagi dibioskop, karena banyak hal tadi yang sudah didapat dari sajian Superhero luar negeri.

Ditambah, menurut Shandy, Superhero Indonesia terlalu terburu-buru ingin memasukkan banyak karakter, baik antagonis & protagonis, selayaknya konsep semesta besar dari MCU & DCU.

4. Mencari Alternatif

Tentu diskusi ini bukan untuk menghakimi sajian Superhero Indonesia, namun mencari alternatif narasi guna memajukan sajian Superhero agar mampu digemari penonton serta menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. Sejumlah alternatif muncul, bahkan dari peserta diskusi; bahwa Superhero Indonesia bisa jadi harus mengembangkan sisi lain agar mampu menarik perhatian penonton. Seperti halnya unsur komedi ataupun horor, yang rasanya juga tengah populer di masyarakat Indonesia.

Sehingga bicara Superhero tak melulu aksi dan laga, namun juga bisa jenaka ataupun mengeksplorasi unsur mistik yang juga banyak dalam kepercayaan daerah warga Indonesia. Apakah hal tersebut bisa berhasil? Tak ada yang mampu menjamin. Tentu hal ini juga membutuhkan kesabaran penonton, untuk mau terus memberikan masukan agar perfilman Indonesia, terutama Superhero untuk terus berkembang. Tak hanya menuntut dan mengkritik, namun juga saran konstruktif, agar Superhero Indonesia bisa lebih baik lagi.

(Ramai kabar perceraian dengan Raisa, Hamish Daud sebut tudingan selingkuh itu fitnah.)

Rekomendasi
Trending